di kampus saya dulu, ada sebuah danau buatan. kita biasa menyebutnya danau LSI, karena letaknya yang bersebelahan dengan Gedung LSI. danau itu menjadi satu ekosistem yang cukup kompleks karena terdiri dari air, rawa, dan daratan. banyak makhluk yang hidup di sana, mulai dari burung kowak malam kelabu, katak, ular, ilalang, sampai ikan. di siang hari, biasanya ada saja satu dua bapak yang mencoba memancing ikan.
setiap hari mungkin ada ratusan lebih orang yang melintasi tepian danau itu. mulai dari mereka yang tergesa-gesa dengan urusannya di rektorat ataupun yang hanya sekedar ingin menumpang akses internet di perpustakaan. dari sekian banyak orang yang lewat itu, rasanya hanya sedikit yang sering memperhatikan keindahan danau ini. di tepi danau ini, dibangun sebuah kantin. tetapi anehnya si pengelola justru menyekat keindahan di luar sana dengan lembaran plastik tebal.
saya sering menikmati indahnya danau ini, sekedar menikmati terpaan angin sejuk di pinggir danau ketika berjalan melintas. sesekali saya juga mengamati kawanan burung yang mengepakkan sayapnya terbang dan mendarat. jika sedang bosan tidak jarang saya berhenti sejenak hanya untuk menikmati lingkaran-lingkaran yang terbentuk dari tetesan pelimbahan di permukaan danau yang bergerak menjauh dari pusatnya.
banyak keindahan yang terlewat dari bidang lihat mereka yang melintas. bukan karena mereka tidak melihat, tapi karena mereka tidak mau melihat.
buat saya, danau LSI adalah sebuah panggung kesenian megah. setiap saat selalu mempertontonkan kemegahan karya Sang Pencipta. sampai saat malam, ketika tirai panggung utama tersingkap dan orkestrasi jangkrik mengawal ratusan bahkan ribuan kunang-kunang memainkan simfoni cahaya. kerlap-kerlip pendaran hijau-kuning tak putus-putusnya mengalir, apalagi jika hujan baru saja singgah. sesekali jika sedang beruntung, satu kunang-kunang terbang mendekat seakan memberi ucapan terima kasih atas kehadiran saya pada malam itu.
seorang penonton lain yang pernah hadir bersama saya pernah memaksa saya untuk mengeluarkan kamera untuk mengabadikan keindahan tersebut. namun saya tak menggubris, hanya tersenyum dan berkata,"tidak semua keindahan harus diabadikan. yang seperti ini, harus dinikmati langsung tanpa perantara."
Kamis, Desember 17, 2009
sepenggal cerita dari danau LSI
Label: catatan terbuka, info gak guna, kampus, monolog dua arah
Dirangkai oleh Rae pada 12:17:00 AM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
12 tanggapan:
Hohohoo... Quote terakhirnya oke tuh, "Gak semua keindahan harus diabadikan..." :D
for me Danau LSI is a creepy place.
inget cerita preman gundul yang dulu malakin kita pas ngambil sampel air LSI gak?? yang bikin si Budi lari terbirit2. wkkwkkwkkw..XD *eh..waktu itu ada lo gak ya?!?!*
kenapa nggak dua2nya? sayang kalau tidak dishare di satu waktu kelak :-D
jadi kangen LSI......hmmmm!!!
@irvan
ah, kayaknya jagoan situ deh kalo urusan quote2an. =D
@mayang
eh cerita preman gundul yang mana? kita kan gak pernah satu golongan kalo praktikum. lo C, gue B.
@dhodie
mau jawaban filosofis ato jawaban teknis nih?
kalo jawaban filosofis:
sering banget sesuatu yang dilihat langsung dengan sesuatu yang dilihat dengan perantara media itu bisa berkurang rasa indahnya. coba aja liat screensaver pemandangan gunung sama liat pemandangannya langsung dari TKP. kalo kita ada langsung di tempatnya kelima panca indra kita bisa ngerasain sensasi yang saling melengkapi. beda kalo cuman gambar. yang bereaksi ya mata doang. yang laennya biasa-biasa aja. makanya, biar bisa nikmatin yang beneran SUGOI itu, perlu pengorbanan. pengorbanan untuk mau jauh-jauh dateng ke tempatnya, maupun pengorbanan mau susah payah untuk mertahanin apa yang udah ada itu.
kalo jawaban teknisnya:
karena waktu itu gua cuma punya kamera ponsel 2Mpixel yang kalo dipotret pasti gak bakal kuat nangkep sinar kunang-kunang di kejauhan dan banyak noisenya. =P
@vika
makanya maen-maen ke kampus lah sekali-kali.
hahaha
itu re. preman gundul yang kaya anak kecil tapi kalo malakin seribuan serem banget. dia malaknya selalu bilang "teh/a ada seribuan teh/a" gitu. kalo ada dia gue mending minggir deh.. *kayanya ada lo deh, ngambilnya pas jam istirahat/pagi2 gitu kok.. sbl jam praktikum*
menanggapi "sesuatu yang dilihat dengan perantara media itu bisa berkurang rasa indahnya" --> betooll.. but at least you remember the sensation of once seeing such a beautiful thing..^^
@mayang
ooooh... anak kecil yang suka bilang,"a', bagi duitnya a'. serebu aja. nanti adi do'ain naek haji a'." =))
menanggapi yang ituh ==> saya mengingat dengan otak dan hati saya, bukan dengan gambar. =P
Walau musti lari-larian ngejar kuliah di daerah rektorat, tapi setiap lewat danau LSI pasti saya melambatkan langkah. Sekedar meresapi keindahan danau ini.
Oia,saya lebih suka bengong-bengong memandang danau ini dari perpus LSI, kadang ada puluhan burung berukuran besar (nga tau jenis burung apa) yang lewat.wuaahhh....sukses terpesona :)
salam kenal yaaa...
salam kenal juga!
=D
Baca postingan ini jadi mengingatkanku sama belasan tahun lalu ketika aku masih sering nongkrong berlama2 sendirian di atas semen berbentuk batu2 di sana. Ihh ... jadi kangen juga sama Darmaga euyy!!
maen-maen lah ke darmaga. banyak yang berubah lho.. fahutan lagi bikin bangunan baru di sebelah rektorat. =D
BTW : SUGOI itu nama anaknya pak marimin loh... hahaha
Posting Komentar