Kamis, Desember 10, 2009

redefinisi masakan indonesia ala warteg

saya dulu pernah berpikir kalau warung tegal (warteg) mungkin sebenarnya bisa kita harapkan untuk melestarikan pusaka kuliner nusantara. bagaimana tidak, warung nasi dengan penjual dari tegal ini tersebar di pelosok negeri. tetapi pikiran itu buru-buru saya tarik kembali.

warteg punya kecenderungan untuk meredefinisikan masakan-masakan yang sudah ada. pernah makan atau melihat rendang yang ada di warteg? rendangnya sangat tidak rendang. beda sekali dengan rendang yang ada di rumah makan padang. mungkin karena rendang asli padang sudah sangat kesohor, maka muncul istilah "rendang jawa". ini adalah redefinisi masakan yang pertama.

sekali waktu saya pernah makan di warteg yang ada di bandung. ketika saya sedang makan, seorang pembeli lain meminta penjual untuk membungkuskan pesanannya, "mas, tolong gudegnya tiga ribu."

ternyata yang dimaksud gudeg di warteg ini bukanlah sayur khas jogja dengan rasa legit, tapi sayur nangka dengan kuah santan dan bumbu cabai. pedas, bukan manis. nangka dan hanya nangka, tanpa telur atau potongan ayam. ini adalah redefinisi masakan yang kedua.

redefinisi masakan ketiga akan saya buka dengan sebuah gambar berikut.


ini adalah menu yang biasa saya makan waktu sahur pada bulan puasa yang lalu. ayo kita tebak isinya apa saja. yang utama adalah nasi, kemudian ada sambal goreng kentang yang dicitrakan melalui warna kuning genteng di sisi kanan gambar. selain itu kemudian juga ada orek tempe yang terlihat berwarna coklat panjang-panjang yang mendominasi bagian bawah gambar. lantas apa yang berwarna kuning di atas? potongan-potongan itu memang daging, tepat seperti yang anda pikirkan. jika anda kemudian menebak itu adalah gulai, maka tebakan anda sama seperti saya ketika pertama kali melihatnya. tapi ternyata itu bukan gulai. masakan daging dengan warna dominasi kuning (bukan hitam) itu ternyata adalah RAWON.

gambar rawon
(gambar diambil dari http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rawon_Setan_II.jpg)

5 tanggapan:

MaYaNG's mengatakan...

rawon pake kunyit?!?!

Rae mengatakan...

mungkin karena kluwek susah didapet, jadi pake kunyit.

kayak yang selalu dibilang rudy choiruddin," kalo ibu-ibu gak suka daging kambing, bisa diganti sapi, ayam, atau ikan tuna. kreatifitas ibu aja."
=="

Iksa mengatakan...

he he he nama kan suka-suka yang jual .... emang ngebingungin waktu ke warteg dan dapat rawon terang begitu ... he he

Ayu Kinanti Dewi mengatakan...

Hmm...
saya dengar orang-orang Indonesya termasuk yg survive & adaptif sm makanan begitu tinggal di luar negri... ga heran ya? :P

Rae mengatakan...

kalo mau ngomong soal survie-survivean, coba deh baca post yang ini: http://rumputpagi.blogspot.com/2008/09/kuliner-ekstrem-ala-rae.html