Sabtu, Oktober 27, 2007

michael bolton, che guevara, dan pemanasan global: setali tiga uang, sebelas-dua belas

waktu gue masih SD, pasar bawah di bandar lampung adalah satu tempat yang angker karena di sana banyak banget preman dengan tato dan rambut gondrong. satu ketika gue ngeliat satu preman dengan badan gede dan tampang sangar. sekelebat gue ngeliat dia udah langsung jiper aja. maklum, waktu itu gue masih SD. preman itu make kaos warna item dengan gambar orang berambut gondrong yang tergambar dalam goresan satu warna di bagian depan. setelah gue memberanikan diri untuk melihat lebih jelas preman itu, akhirnya gue memperhatikan siapa sebenernya gambar yang terlukis di kaos preman itu. awalnya gue ngira gambar itu adalah gambar axl rose, ato ozzy osbourne yang emang "sejiwa" dengan preman itu. yah, meleset-melesetnya bon jovi-lah. tapi... setelah gue perhatiin lagi kaos preman itu, taunya gambarnya itu adalah michael bolton!!! ya ampun!!! michael bolton mana ada serem-seremnya! hancurlah kredibilitas si preman itu di mata gue. rupanya di alam pikiran si preman itu udah terdoktrin bahwa warna item (seperti warna dasar Cover_bolton_smallbaju beliau) itu artinya serem. dan udah kedoktrin pula bahwa yang gondrong-gondrong itu mesti serem juga! padahal michael bolton gitu loh... mendingan dia make kaos gambar astro-boy aja deh. pasti preman itu sama sekali nggak tau siapa itu michael bolton. dia make kaos itu lebih untuk menunjukkan identitasnya sebagai orang sangar yang gondrong dengan panutan (seseorang tak dikenal yang terlukis di kaosnya) yang gondrong juga.

sama aja kasusnya kayak kaos-kaos yang gambarnya che guevara. banyak banget kaos dengan gambar che guevara dipake anak muda (yang ngaku funky), tanpa mereka kenal siapa itu che! dari negara manakah che itu? boro-boro tau sejarah perjuangan che yang sebelumnya sempet jadi anak buah fiedel castro. gue pernah baca satu tulisan kalo pembuatan che sebagai ikon bagi anak muda yang funky itu adalah salah satu upaya pihak barat (jangan tanya maksud barat ini apa, karena gue sendiri gak yakin dengan yang dimaksud penulis, tapi gue rasa maksudnya orang-orang kapitalis yang konservatif) untuk menurunkan derajad che. che yang tadinya dCheikenal sebagai bapak revolusi sehebat soedirman (buat gue soedirman lebih hebat), dipaksa jadi idola anak muda tanpa perlu mengenal latar belakang che. che diterima begitu saja oleh kebudayaan anak muda seperti mereka menerima mentah-mentah hello kitty yang bahkan gak punya mulut, hanya karena hello kitty imut-imut. che kini telah menjadi ikon dari kapitalisme. kalo dia tau ini, gue rasa dia bakal nangis sejadi-jadinya.

lalu apa yang terjadi hari ini? gue mulai ngeliat kampanye anti pemanasan global yang dimuat melalui permainan kata yang menarik dan lucu yang ditaruh di kaos. seberapa efektifkah langkah ini? apakah nasib pencegahan pemanasan global (meskipun sesungguhnya hal ini telah terjadi dan tidak bisa dicegah lagi) ini akan sama nasibnya seperti che di tangan anak muda bego yang nilai sejarah revolusi amerika selatannya cuma dapet 5 ato pun seperti nasib penyanyi menye-menye macem michael bolton di tangan preman pasar bawah?

ah... orang-orang sekarang pada ngomongin pemanasan global. di tipi-tipi yang diomongin pemanasan global, di koran, radio juga sama aja. tiba-tiba semua orang peduli dengan hal yang satu ini.

emang betulan peduli ato cuma di mulut doang yang jadi pertanyaan. apa al gore yang bisa dibilang sebagai "bapak penyadaran ummat akan KENYATAAN YANG GAK NGENAKIN" ini juga benar-benar sadar peduli? apakah rumah dia tidak menggunakan pendingin udara di musim panas kemaren? apakah dia keliling kota naek kendaraan umum? untuk nunjukin kalo gue bener-bener gak punya maksud untuk menyudutkan beliau, gue juga pengen nanyaan hal yang sama ke lo semua. apa lampu rumah lo udah dimanfaatin sebijak mungkin? apa komputer di kantor lo bener-bener dinyalakan ketika hanya dibutuhin? apa tivi lo cuma nyala pas mau ditonton? apa lo nyalain ac di malem hari sekaligus make selimut tebel di waktu yang bersamaan?

Imagesjangan sampe "stop global warming" cuma terbatas pada tag line penutup vj-vj mtv indonesia saat ini. jangan sampe kampanye pencegahan pemanasan global ini cuma berakhir di kaos-kaos dengan pesen-pesen dan gambar-gambar yang lucu tanpa adanya proses peresapan akan makna yang sesungguhnya dari upaya penghentian pemanasan global.

mengutip perkataan wartawan senior kita goenawan mohammad di "catatan pinggir", yang secara sederhana dan rendah hati beliau bilang, menjadi sadar akan bahaya yang mengancam itu mudah. akan tetapi untuk melepaskan diri dengan rela dan ikhlas dari kenyamanan yang ditawarkan dibalik kerusakan yang akan terjadi, dia hanya dapat berkata,"terlalu sulit.. terlalu sulit..," sembari beliau menikmati kopi di sebuah kafe yang memberi kenyamanan permainan lampu neon yang jelas-jelas amat mempengaruhi percepatan pemanasan global.
sungguh ini adalah sebuah ironi...

kucing

orang yang cukup kenal dengan gue mestinya tau kalo gue suka kucing. pengalaman gue dengan kucing udah cukup banyak. pertama kali punya kucing waktu smp, terus modar gara-gara kanker darah. kucing kedua dan ketiga terpaksa ditinggal di lampung, cause i have to force myself to bogor. di bogor, gue sempet punya satu kucing yang akhirnya mati karena ditendang orang sampe ginjalnya rusak.

karena selalu ngerasa sedih yang amat sangat ketika kehilangan kucing, akhirnya ibu gue ngelarang gue untuk melihara kucing lagi. walo demikian, rumah gue tetep aja jadi tempat mangkal kucing-kucing. gak jarang juga gue ngasih makan ke kucing-kucing liar itu.

nah... beberapa hari yang lalu, gue lagi nongkrong di teras depan rumah. satu kucing yang emang hobi mangkal di rumah gue nyamperin gue. kucing yang dateng terus gue belai-belai kepalanya. dia terus duduk duduk di samping gue sambil merem melek. gue pikir tuh kucing keenakan dielus-elus. ee.... tau-tau tanpa sebab yang jelas tuh kucing nyengkram tangan gue, terus ngegigit. karena kaget, gue langsung ngangkat tangan gue sambil teriak-teriak. si kucing langsung kabur tanpa noleh-noleh ke belakang. gue masih geram aja sama tuh kucing. sementara di tangan gue, darah merah yang netes semakin banyak.

menyadari kondisi gue yang semakin memburuk, akhirnya gue masuk ke rumah untuk mendapatkan pertolongan, sebelum gue mati kehabisan darah (hiperbolis banget ya... he he he he). gue langsung ngambil alkohol sebagai desinfektan untuk mematikan bibit-bibit penyakit yang mungkin terbawa. sambil nuang alkohol ke kapas dan nempelin ke tangan yang terluka, ibu gue nanya, "kenapa lagi itu? pasti digigit kucing lagi ya? kamu ini gak ada kapok-kapoknya sih. udah tau kucingnya suka gigit, masih aja diajak maen. bla.. bla.. bla.. dst.. dst.. dst.." gue paling males ngebantah ibu gue kalo lagi ngomel, karena pasti gak bakal menang. di saat itu juga gue emang lagi bingung, kenapa gue ngelakuin hal yang bego itu sampe berkali-kali. gue emang udah pernah digigit kucing yang sama itu sampe lima kali lebih. beberapa kali diantaranya emang sampe berdarah parah.

kenapa gue tetep ngebelai-belai kucing yang jelas-jelas suka ngeggigitin gue? kenapa? gue nggak nemuin jawabannya sampe beberapa saat yang lalu, beberapa hari setelah kejadian. gue tetep ngebelai-belai kucing itu karena gue emang seneng sama kucing. karena gue sayang sama kucing itu. walaupun gue tau kalo temperamen kucing bego itu bisa berubah sewaktu-waktu. tapi mau gimana lagi? gue emang sayang sama tuh kucing kok. =P

ha.. ha.. orang emang bisa jadi bego kalo lagi sayang ma sesuatu.. entah itu pacar, kucing, motor, dan makhluk serta benda lainnya lagi. emang bener-bener jadi bego. tapi jadi bego pun gak salah, karena terkadang kita emang butuh untuk hal itu.

Selasa, Oktober 23, 2007

indie dan kebebasan berfikir

satu badge selalu menggantung di bagian belakang tas saya. tulisannya "straight edge drugs free youth xxx". satu-satunya yang tersisa dari diri saya atas pengembaraan yang telah lama saya tinggalkan. pengembaraan bersama komunitas underground yang sangat-sangat independent. komunitas indie diikat oleh budaya musik yang kuat. kalau di era 80-90an sangat kental nuansa undergroundnya, sekarang komunitas indie sudah lebih terbuka dengan masuknya berbagai jenis musik mulai dari trash sampai musik new wave.

sebagai orang lama yang baru selesai dorman dari hiruk pikuk dunia indie, terus terang saya cukup kaget dengan perkembangan scene indie dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. rupanya saya sudah tertinggal jauh. saya tidak lagi bisa memahami jalan berfikir anak-anak indie. bahkan saya melihat orang-orangnya pun sudah berubah.

jika 10 tahun yang lalu anak-anak indie hanyalah orang-orang yang dianggap sebagai sampah masyarakat (dan orang-orang yang menyampahkan diri mereka sendiri), sekarang semua itu sudah berubah. kesederhanaan yang dulu menjadi identitas komunitas indie telah lenyap tak berbekas. tidak ada lagi anak-anak grunge yang cuek mencari-cari sisa makanan orang yang tak habis di meja-meja restoran fast food (seperti yang dulu biasa dilakukan teman-teman saya). anak indie hari ini dibekali mobil yang nyaman, bahkan terkadang lengkap dengan sopirnya.

tidak ada lagi kaos-kaos murahan dengan tulisan yang isinya kritikan. sekarang distro lebih mirip butik ketimbang media propaganda. kalo dulu saya beli badge straight edge dengan harga sampah, sekarang harga barang-barang di distro semakin tidak masuk akal.

dulu fanzine amat ala kadarnya. majalah yang dibuat dengan serampangan, dengan tulisan yang berisi berbagai hal mulai dari referensi band, review gigs, sampai kritikan-kritikan yang sifatnya destruktif, sekarang sudah berubah. fanzine kini telah menjelma dalam halaman maya, bukan lagi lembaran fotokopian lusuh. memang tidak salah, tapi kenapa sekarang isinya berubah? tidak ada lagi tulisan yang mempertanyakan ketidakadilan. sekarang isinya lebih banyak tentang hal-hal yang berifat keduniawian. bahkan saya tidak habis pikir, kenapa harus mereview kehidupan seorang cewek cantik (secara rutin pula!)? fanzine sudah tidak beda dengan majalah-majalah remaja seperti "Hai" yang telah terjebak dalam selera pasar dan tidak lagi jujur dengan hati.

indie yang berasal dari akar kata independent pada awalnya adalah media untuk menyalurkan apa-apa yang disukai oleh orang-orang yang selama ini termarjinalkan. tempat di mana orang-orang kecil bisa didengar dan eksis. sungguh saya tidak dapat membohongi hati saya. siapa orang-orang yang ada di dalam komunitas ini saat ini? mengapa saya merasa dikhianati oleh komunitas yang pernah memberikan banyak pelajaran bagi saya, ataukah saya yang terlampau kolot? kurang terbuka dengan perubahan yang ada saat ini.

semua sah-sah saja. saya tidak berharap komunitas indie kembali seperti dulu lagi. ketika punk masih berjaya, bukannya pop retro. ketika mohawk masih dibuat dengan lem kayu, bukannya hasil tangan-tangan banci salon. saya juga tidak lantas membenci mereka yang ada saat ini. semua itu soal pilihan. dan bagi saya, komunitas kebanyakaan saat ini lebih banyak perbedaannya dengan saya ketimbang persamaan visi yang kita miliki. saat ini saya masih mencari media pembebasan diri saya. karena komunitas indie tidak lagi banyak memiliki saluran untuk hal itu. saat ini media blog lebih menjadi pilihan yang rasional di mana pemikiran terburuk pun dapat disampaikan dengan gamblang.

didedikasikan untuk ditha desfiana yang sudah mengajak saya bernostalgia sekaligus melongok jauh ke depan dalam luapan waktu.

memaknai kembali pendidikan

salah satu sepupu gue gak pernah mau ikutan pemilu. alesan dia,"aku baru mau ikutan nyoblos kalo anggaran pendidikan nasional kita udah 20%."

ngomongin masalah pendidikan di indonesia emang gak bakal ada abis-abisnya. selalu ada masalah. dan biasanya masalah itu berkisar di soal duit. sekolah rubuh, gara-gara gak ada dana. guru-guru demo, gara-gara gak digaji, anak-anak gak ngelanjutin sekolah, gara-gara biayanya tinggi. belum lagi tangan-tangan korup yang suka ngemplangin duit amanat.

temen-temen di BEM sering bilang kalo pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan. sampai kalimat ini gue masih setuju dengan mereka.

sayangnya, (sebenernya gue sendiri agak miris make kata "sayangnya" karena membuat seolah-olah semua yang terjadi saat ini tidaklah salah) saat ini kita sama sekali nggak bisa ngandelin pemerintah untuk memajukan pendidikan nasional. pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan. sekali lagi kalimat ini gue ulang. anggaran dana pendidikan 20% gue rasa gak bakal bisa dipenuhin dalam waktu deket. terlalu banyak masalah laen yang harus ditanganin terlebih dahulu. kebutuhan bangsa ini ibarat sebuah meja yang amat luas. sementara kemampuan pendanaan negara hanya berupa taplak kecil. selalu saja ada bagian yang gak ketutup.

temen-temen BEM selalu berteriak menentang liberalisasi pendidikan. mereka selalu mengecam perguruan tinggi yang dari hari ke hari makin memikirkan uang. sebenernya tidak ada yang salah jika perguruan tinggi mencari uang. karena untuk menjalankan perguruan tinggi yang berkualitas memang enggak murah. bahkan di sisi itu kita juga miris dengan gaji dosen serta guru.

pelbagai argumen juga udah diungkapin..soal penggajian harusnya lebih tepat kalo dilakuin reformasi administrasi ketimbang mencari sumber dana baru dari kantong mahasiswa. tapi gimanapun juga, harus gue ingetin sekali lagi, kemampuan pendanaan pemerintah hanyalah sebuah taplak kecil.

disclaimer:
seluruh bangsa kita sudah salah memaknai pendidikan. pendidikan memang jalan keluar dari kemiskinan. karena dengan ilmu kita bisa memecahkan berbagai masalah yang ada. dengan semakin sedikitnya masalah, maka akan semakin makmur hidup kita. kesalahan yang telah kita lakukan adalah dengan mengasosiasikan pendidikan dengan sekolah dan hanya sekolah.

pendidikan tidak hanya bisa didapatkan melalui sekolah. banyak jalan untuk meraih ilmu. bahkan bill gates, orang terkaya di dunia, bukanlah seorang sarjana. begitu pula dengan einstein yang dianggap sebagai orang paling jenius di abad 20.

pendidikan bisa didapat di manapun. masalah utama bangsa kita bukanlah ketiadaan akses terhadap akses-akses pendidikan, tetapi lebih kepada kemalasan bangsa kita untuk memanfaatkan sumber daya pendidikan yang telah ada dengan searif mungkin. bob sadino adalah contoh orang yang telah berhasil memanfaatkan sumber daya pendidikan di sekitar dia secara maksimal, tanpa perlu mementingkan institusi pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi.

alam bisa menjadi guru yang paling tau. buku bisa menjadi moderator yang paling sabar. akses terhadap semua itu sudah ada. indonesia diberi alam yang kaya. perpustakaan juga tidak sedikit.

gue inget waktu SMA, gue sering cabut kelas, bukan ke kantin, ato nongkrong bareng temen, tapi buat ke perpustakaan. baca apapun yang menurut gue saat itu menarik. dan seinget gue, perpustakaan sekolah gue itu gak pernah penuh dengan siswa. beda dengan perpustakaan kampus gue sekarang, ramenya minta ampun sampe pada duduk di lantai.

kesimpulannya, kita udah terperangkap dalam cara berfikir yang sama sekali nggak kreatif. terlalu mendewa-dewakan pendidikan formal. udah saatnya kita ngerubah aturan maen. jadi sarjana itu gak lagi suatu tujuan, tapi menjadi berilmu dan bijaksanalah yang menjadi tujuan.

quote:
pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan. karena dengan ilmu kita bisa memecahkan berbagai masalah dan keluar sebagai orang yang lebih sejahtera.

pendidikan bukanlah semata-mata sekolah dan perguruan tinggi (pendidikan formal). masih banyak akses-akses lain untuk mendapatkan pendidikan.

open diary (october 20, 2007): a short passage from the past

hm...
kalo soal curhat-curhatan gini sih biasanya soal cinta. he.. he.. tapi tebakan lo kali ini salah.. curhatan kali ini soal cewek. (GUBRAK... sama aja kali!)

kalo ngeliat pita memori usang yang udah lama gak diutik-utik.. pertama kali gue pacaran itu taun 2000, selama 8 hari. tahun 2003 baru berani pacaran lagi (baru berani ato baru dapet yang mau tuh?) untuk waktu yang lebih singkat, 3 hari. setelah trauma yang mendalam (dan kesialan yang beruntun juga pastinya..=P) akhirnya taun 2007 baru pacaran lagi! HORE! tepok tangannya mana? makasih... makasih... tapi cuma dua hari aja tuh..

jadi (tambah) mikir.. apa sebenernya yang gue cari..

udah ah, gak usah panjang-panjang curhatnya.=P namanya juga short passage. open comments gak ya? open.. nggak.. open.. nggak.. open.. nggak.. nggak usah aja ah... he.. he.. he.. =P

raeArani

kangen band, nirvana-nya indonesia

wahahaha... jangan marah dulu bos. emang kesannya keterlaluan banget untuk mensejajarkan nama sebesar nirvana dengan band kampung kayak kangen band. tapi sebenernya mereka itu punya banyak banget kesamaan.

cerita nirvana berawal dari daerah northwest amerika serikat. kurt cobain (gitar dan vokal), yang merupakan otak nirvana, berasal dari aberdeen, yang merupakan bagian pesisir washington yang kumuh. sama seperti kangen band, yang hanya anak-anak kampung. anak-anak yang di wawancara-wawancara awal mereka dengan tipi masih dengan lugunya sering ngeluarin bahasa-bahasa indigen mereka seperti "kamu orang", "dia orang", dan "kita orang".

di awal karier nirvana, baik kurt maupun krist novoselic (bass) bukanlah orang yang berkecukupan. masalah keuangan selalu menjadi santapan. bahkan setelah nirvana melambung dengan album perdana mereka, bleach dan hit mereka love buzz, kurt dan krist pernah jadi pembersih ruangan. bahkan setelah smells like teens spirit meledak, kurt juga pernah tidur di kursi belakang mobilnya karena nggak sanggup bayar sewa apartemen. satu contoh lagi yang ngegambarin kalo kehidupan awal nirvana gak jauh beda dengan kangen band yang cuma pedagang sendal dan cendol keliling.

jadi untuk apa mencela orang desa? karena nirvana udah ngebuktiin kalo orang kampung pun bisa melegenda dan dihormati oleh seluruh dunia. labih baek kalo kita lebih jujur menilai hasil ketimbang terpengaruh oleh bayang-bayang yang ada di sekitarnya. seperti kata abraham lincoln, "tangkaplah pohonnya, bukan bayang-bayang yang terbentuk olehnya."