Kamis, November 27, 2008

balada loreng di bumi pertiwi

jalanan bandung emang terkenal nyebelin. banyak yang satu arah yang artinya ngebuat orang harus muter-muter untuk bisa nyampe ke satu tujuan. dalam satu kesempatan, gue sempet jadi korban kebiadaban jalanan bandung. gue terpaksa muter-muter nyasar tak tentu arah. pas lagi nyasar itu, gue sempet ngeliat ada gedung punya angkatan laut. sambil ngebawa motor muter-muter gak karuan gue sempet mikir, "ngapain ada gedung angkatan laut di Bandung? padahal Bandung sendiri gak punya laut!" agak susah juga buat gue ngedapetin logikanya, sampe akhirnya gue punya kesimpulan! oh iya!!! bandung kan ibukota propinsi! berhubung penyebaran militer di indonesia ngikutin hirarki pemerintahan sipil (pusat, daerah tingkat I, daerah tingkat II, dst), maka berdirilah gedung milik angkatan laut itu di tengah-tengah bandung yang kering akan laut.

kalo nyimak tuntutan aktivis-aktivis (terutama yang angkatan 98), mereka minta penghapusan dwi fungsi abri, yang intinya adalah menebalkan garis batas antara SIPIL dengan MILITER. salah satu tuntutan mereka yang sampai saat ini masih belum terpenuhi adalah sentralisasi kekuatan militer di pusat-pusat militer. artinya, bisa jadi militer gak perlu ada di tiap kabupaten atau kotamadya. gak perlu ada kodam, korem, sampe babinsa. gue sih setuju-setuju aja dengan ide ini. kalo gak, kejadiannya ya kayak yang tadi itu, bisa ada gedung angkatan laut di tengah kota yang nggak punya laut. bener-bener mubazir. seharusnya yang namanya militer adanya di pangkalan militer aja. bikin beberapa kota yang emang bener-bener jadi basis militer, gak perlu ada di tiap kota. kalo dalihnya untuk pengamanan ya serahin aja ke polisi (dan sipilkan polisi!)

pembauran militer dengan sipil pada beberapa kasus bener-bener ngeganggu. itung aja berapa banyak orang militer yang jadi beking diskotik ato beking perusahaan ekspedisi. militer yang ada di tengah sipil berpotensi menimbulkan praktek premanisme. gue sendiri beberapa kali (padahal mah sering banget) ngeliat orang-orang militer naek angkutan umum tapi gak bayar. kan kasian sopir sama keneknya. kalo cuma angkot mungkin masih okelah. si sopir cuma rugi paling mahal tiga rebu perak. lha kalo yang dinaekin bus antar kota? rugi berapa! aksi-aksi seenak jidatnya ini emang nggak dilakuin sama semua orang militer, tapi diakuin ato enggak, banyak banget kejadian kayak gini. gak cuma naek angkot gratisan, gue juga pernah ngeliat orang dengan modal kaos loreng, rambut cepak, dan berbadan tegap bisa lenggang kangkung masuk ke stadion untuk nonton pertandingan sepakbola tanpa keluar duit sepeser pun.




sampai kapankah stiker seperti di Bus Maya Raya jurusan Bogor-Bandung ini harus tetep terpasang? terus terang gue sih nggak terlalu ngarepin biar semua orang militer jadi sadar dan mau bayar dengan uang penuh, tapi rasanya bakal lebih banyak manfaatnya kalo militer emang dipusatin di pangkalan militer aja.

Jumat, November 14, 2008

istirahat! (baca di bawah 4000 aja dulu)

oke oke...
ampuni saya atas keterlambatan ini...

he he...
jadi sekarang gue lagi agak susah untuk nyari sambungan internet yang enak buat posting di blog. dan lebih dari itu, gue juga lagi susah konsentrasi untuk bikin tulisan yang super duper ciamik untuk dimasukin ke blog ini.

tapi demi melepas kerinduan anda semua (HOEEEK...), gue rela-relain untuk post dua artikel sekaligus. artikel pertama seperti yang bisa anda semua lihat di postingan sebelum postingan ini dengan judul ode untuk burung-burung ababil. yah, puisi biasalah. yang gue buat ketika gue lagi menikmati keterasingan gue di pinggiran kota Bandung sambil ditemenin laptop gue yang mendendangkan rentetan musik rap dari rapper garis keras, HOMICIDE , dan juga sambil ditemenin live report tvone yang selalu menyiarkan perkembangan perihal eksekusi amrozi.

sampai satu titik, tiba-tiba otak kanan gue bekerja dengan sangat baik. berbekal ilham diksi dari Homicide dan tema dari cerita tentang amrozi dan kawan-kawannya maka lahirlah ode untuk burung-burung ababil. di puisi ini gue cuman nyoba untuk mengapresiasi tindakan mereka dilihat dari golongan mereka. yah, bukan berarti gue setuju dan mendukung tindakan mereka, tapi gue ngerasa tertantang aja untuk bisa buat satu tulisan dari sudut pandang mereka. he he he...

loh, terus kenapa penjelasannya gue taro di postingan ini ya? ya nggak apa-apa dong. blog gue ginih, ya suka-suka gue. he he he. cuma untuk alesan estetika aja (sekurang-kurangnya estetika yang gue yakini). gue cuma pengen puisi gue bisa terbingkai rapih di dalem satu postingan tanpa perlu dikasih embel-embel review, spoiler, atau apapun macem ini...

nah, terus apa inti dari postingan ini? sebenernya di postingan ini gue cuma mau ngasih link kecil. yah, mungkin aja anda berminat untuk ngedonlot dari link yang gue kasih ini. jadi, sekitar tiga-empat tahun yang lalu, gue pernah iseng ngumpulin tulisan gue yang gak pernah gue publish di blog ini. jaman itu, gue nggak suka ngeblog. gak tau kenapa. padahal blog ini udah lahir. terus gue malah ngungsi blog ke blog friendster, sampai akhirnya sekarang balik lagi ke rumputpagi.

nah, tulisan-tulisan itu gue kumpulin ke dalam satu booklet kecil yang gue kasih judul "Di Bawah 4000". awalnya gue bagi-bagiin gratis aja e-book-nya lewat e-mail. terus baru sekarang deh kepikiran untuk gue up-load supaya pemasarannya lebih massif. he he he... silahkan download di sini.

wokelah... selamet menikmati buku saya kalau anda berminat.
kalo gak berminat ya selamat menikmati hidup anda aja...

saya masih minta ijin untuk undur diri dulu dari up-date blog sampe mungkin desember, atau mungkin januari, tapi yah selambat-lambatnya februari deh insya Allah.

ode untuk burung-burung ababil

Tiga stasa sudah dibuang.
Lirik usang dari lagu yang sumbang.
Tapi ingat, esa hilang dua terbilang!
Kami takkan berhenti sebelum menang!

Kami berjuang dengan kehormataan.
Mata parang, pedang panjang, siap menebas setan.
Untuk setiap kelaliman kami berteriak,"lawan!"
Termasuk hipokrit busuk yang tertempel label 'teman'!

Ini adalah perang kami.
Atas apa yang kami yakini.
Bukan sekedar cerita dilusi
Seperti yang ditawarkan satu ampul anastesi

Ya bunayya, jangan kau gamang!
Satu masa lagi kita akan dapat terbang
Menembus semua langit di seberang.
Lurus menebas semua yang selama ini mengekang...