Sabtu, Desember 31, 2011

Menuntut Edukasi Pasar yang Benar Mengenai Air

Pernah dengar air minum dengan merk Evian? Merk ini berasal dari Perancis. Berasal dari mata air pegunungan di sana yang jernih dan bersih. Konon, Evian adalah salah satu air minum dengan kualitas terbaik yang ada di dunia. Tentunya tidak ada yang salah dengan itu. Tidak ada yang salah, sampai akhirnya Evian beredar di seantero penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Mengapa Evian yang dibuat di Perancis harus beredar di Indonesia? Apakah Indonesia tidak mampu membuat air minum dengan kualitas baik? Tentu tidak. Banyak air minum merk lokal yang berkualitas baik. Lalu mengapa orang di Indonesia harus meminum air yang berasal dari Pegunungan Perancis? Bahkan dengan harga lebih dari dua kali lipat!
Tipu daya orang-orang pemasaranlah yang menjadi biang keladinya. Dengan embel-embel gengsi, dari mata air pegunungan yang jernih, dan gimmick-gimmick lainnya, air dari Perancis bisa mendapat pasar di negara yang bahkan jaraknya terpisah puluhan ribu kilometer. Inilah dunia yang dibentuk oleh pasar global.
Strategi orang-orang pemasaran telah mempermainkan nalar manusia. Celakanya, strategi ini ternyata dilakukan oleh hampir seluruh produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), termasuk di Indonesia. Konsumen diberikan informasi yang keliru dengan mengatakan bahwa air yang baik adalah yang bersumber dari mata air dan berasal dari pegunungan. Strategi ini telah membuat orang membeli apa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Idealnya AMDK memang tidak diperuntukkan bagi konsumsi sehari-hari. Eksploitasi yang berlebihan pada mata air dapat mengancam keberlangsungan mata air itu sendiri. Sebagai ilustrasi, rasanya sulit membayangkan bahwa kebutuhan minum orang-orang se-Jabodetabek dipenuhi hanya dengan mengandalkan mata air yang ada di Gunung Salak, Bogor. Semakin banyak orang yang bergantung pada AMDK, maka semakin masif mata air-mata air ini dieksploitasi. Semakin masif mata air ini dieksploitasi, maka akan semakin cepat mata air tersebut mengering dan rusak.
Upaya pelestarian kawasan mata air (supply) yang terus diupayakan tidak akan maksimal tanpa adanya usaha untuk mengendalikan sisi permintaan (demand). Laju permintaaan AMDK harus terus diupayakan untuk dikurangi, bukan justru ditambah.
Di sinilah peran PDAM sebenarnya dibutuhkan. Sesuai dengan namanya, perusahaan-perusahaan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air minum masyarakat dengan mengandalkan air baku dari sungai, bukan mata air. Terlepas dari segala kekurangannya, air PDAM-lah yang sebenarnya ideal untuk digunakan sebagai air minum.
Jika kita merujuk pada PerMenKes 492 Tahun 2010, sebenarnya air yang layak minum itu tidak ribet. Bahkan air PDAM yang mengalir di pipa-pipa rumah kita pun banyak yang sudah mendekati kualitas air layak minum. Saya sendiri tidak mengkonsumsi AMDK untuk kebutuhan sehari-hari. Dahaga saya lebih banyak dilegakan dengan air kran yang dimasak. Hal ini sudah berlangsung demikian lama dan saya tidak pernah mengalami keluhan karena hal ini.
Jika AMDK dalam kemasan tabung 19 Liter harganya bisa mencapai Rp 10.000,00 dan hanya cukup untuk konsumsi 3-5 hari. Maka dengan harga yang sama, saya sudah bisa memenuhi kebutuhan minum untuk satu bulan hanya dengan sedikit biaya tambahan untuk merebus air. Lalu kenapa saya harus menggunakan AMDK untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?
AMDK masih dibutuhkan sesuai dengan kapasitas masing-masing orang. Kepraktisan AMDK masih dibutuhkan sebagian orang yang sedang dalam perjalanan.
AMDK juga masih dibutuhkan oleh mereka yang di daerahnya masih kesulitan air bersih. Mereka yang tinggal di daerah dengan kualitas air PDAM tidak terlalu baik atau mereka yang tinggal di daerah tanpa jaringan pipa PDAM dan kualitas air sumurnya tidak terlalu baik juga mungkin masih membutuhkan AMDK.
Masyarakat perlu informasi yang tepat dan tidak menyesatkan. Sayangnya, promosi dari perusahaan-perusahaan AMDK selama ini tidak cukup memadai dan bahkan cenderung missleading. Sebagai komoditas yang penggunaannya sebenarnya diatur oleh UUD, perdagangan air sudah sepatutnya hanya dikendalikan secara alami oleh permintaan, tanpa perlu menciptakan pasar-pasar baru. Hingga akhirnya masyarakat tidak dipermainkan, tidak merasa khawatir dengan air yang ada di rumah mereka, dan tentunya tidak harus membeli apa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.