Jumat, Juni 08, 2007

kertas posisi seorang penyendiri

akhir-akhir ini gue sering banget nonton televisi. dari pagi sampe pagi lagi kerjaannya nonton tivi doang. padahal sih gak selalu ada acara yang menarik di tivi. tapi gue emang lagi butuh tivi. kenapa? karena televisi menjual banyak mimpi. dan saat ini gue butuh mimpi, karena persediaan mimpi gue udah semakin tipis. televisi ngejual mimpi dengan murahnya. gue mau mimpi kalo gue kaya, gue tinggal nonton acara-acara kuis tolol yang nggak mendidik yang hadiahnya nyampe milyaran rupiah. gue mau mimpi punya cewek cakep, tinggal pilih sinetron mana yang mau ditonton. mulai dari agnes monica sampe naysila mirdad siap tersedia.

televisi emang satu-satunya pelarian gue saat ini. pelarian dari kenyataan yang agak-agak pait. mungkin sebenernya pait banget, cuma karena gue udah cukup sering ngalamin, jadi udah agak kebel sama pait yang kayak beginian.

gue pernah denger orang ngomong,"kenapa kita harus lari dari hujan? karena toh tak ada satu orang pun yang tau apa yang akan terjadi esok hari." kenapa harus lari dari kenyataan? kenapa harus ngerasa kecewa dengan hari ini, karena siapa yang tau kalo besok kita bakalan lebih kecewa lagi? daripada berteduh di balik payung ato kanopi pertokoan, mendingan kita nikmatin aja hujan ini. mandi hujan kayak anak kecil. kalo udah ngerasa kedinginan, coba nyalain sebatang dji sam soe. ah... kayaknya enak... asep anget di paru-paru. kayak berendem di jacuzzi di tengah dinginnya musim salju rusia. ato kalo masih kurang anget, satu-dua sloki topi miring juga bagus untuk kesehatan mental lo.

tapi masalahnya gue nggak ngerokok dan gue nggak minum-minum. walopun sekarang rasanya pengen banget. ngisep dalem-dalem asep dengan mata terpejam. mendem dalem-dalem rasa yang sempet liar berkeliaran di otak kanan. minum topi miring untuk ngebakar sisa-sisa kenangan yang masih tertinggal di otak kanan. kalo sampe gue mabok, artinya gue kalah dengan keadaan. salah satu lagu /rif judulnya,"you booze, you lose," tapi mereka sendiri masing-masing ngabisin satu kaleng bir bintang dulu kalo mau naek panggung. laen lagi dengan krisdayanti. kata dia, ngerokok satu batang sebelom naek panggung bisa bikin suara dia naek sekitar satu oktaf. peduli amat, walo gue vokalis. yang penting di atas panggung itu bukan rentang suara yang luas. bukan juga stamina buatan di atas panggung yang didapet dari setengah mabok. yang dibutuhin seorang vokalis di atas panggung itu cuma nyanyi dengan hati. ngedumel dengan hati. ngumpat dengan hati. ngangkat jari tengah dengan hati, nangis dengan hati.

dan sekarang gue terkurung dalam keterasingan gue. di dalem kamar yang ukurannya cuma 3.5 x 3 meter persegi. tanpa berusaha untuk jadi munafik atas keadaan gue dengan ngerokok ato mabok-mabokan. walopun dari hari ke hari gue mulai ngeraguin perkataan soe hok gie,"lebih baik hidup dalam keterasingan, daripada menyerah pada kemunafikan."

3 tanggapan:

Anonim mengatakan...

Ini postingan gila!

Dan tidak setuju dengan argumen ini:

"tanpa berusaha untuk jadi munafik atas keadaan gue dengan ngerokok ato mabok-mabokan ..."

Aku ngerokok, juga mabok. Well, minum, tapi tidak mabok. Dan bagiku itu semua cara ku untuk deal dengan parahnya hidup ini.

Bukan, bukan munafik dengan lari dari kepahitan. Tapi sejenak mundur dari perang, ambil waktu break dengan menegak minuman keras, menyumpahi semua yang sudah terjadi. Supaya apa?

Supaya besok bisa kembali maju dan terus menggedor dinding kepahitan hidup dan menemukan keindahan dibaliknya. Apa ini munafik?

Bicara Soe Hok Gie, aku tetep milih quote yang ini: "KEBENARAN HANYA ADA DI LANGIT!"

Anonim mengatakan...

Dan satu lagi rae,

"kertas posisi seorang penyendiri"

hubungannya dengan isi post?

Rae mengatakan...

he he he...

ini cuman masalah perbedaan nilai yang ada di kita aja...

gue penganut nilai A, dan lo penganut nilai B. selama gak saling ganggu yah silahkan - silahkan aja,,,

ngomong - ngomong soal nilai, postingan temen gue ini mungkin bisa lebih menjelaskan tentang nilai... dan asal usulnya...

http://temonsblog.blogspot.com/2007/05/aimobjectivegoal-is-not-enough.html