Saya merasa kurang cocok dengan lelucon "Tertipu Kaleng Khong Guan Berisi Rengginang". Bukan apa-apa, Saya penggemar rengginang. Setidaknya, lebih suka rengginang daripada biskuit-biskuit Khong Guan. Jadi kalau menemukan kaleng Khong Guan berisi rengginang, sensasinya lebih seperti menemukan uang yang terlupakan di selipan dompet ketimbang merasa tertipu.
Dengan mengesampingkan keringat yang bercucuran di depan kompor, kaki pegal karena berdiri lama, dan kesal karena harus menggunakan banyak minyak makan, sebenarnya kegiatan menggoreng rengginang cukup menyenangkan. Ah, lupa. Urusan cuci wajan yang diliputi minyak juga menyebalkan sih. Biasanya bagian ini saya skip. Hehe.
Menggoreng rengginang cukup menantang. Besar api harus presisi. Tidak terlalu besar sehingga bisa membuat rengginang gosong, tapi juga tak terlalu kecil yang bisa membuat lembar rengginang bantat. Koordinasi tangan kanan dan kiri juga harus baik. Tangan kanan dengan sutil, tangan kiri dengan peniris minyak. Angkat rengginang dengan sutil, taruh di peniris. Masukkan rengginang mentah lain ke wajan sembari tangan kiri meniris minyak. Tunggu rengginang mengembang, lalu balik. Tangan kiri masih meniris minyak. Sesaat sebelum siap diangkat, rengginang di peniris dilepas ke hamparan kertas bekas. Peniris siap menerima rengginang berikutnya. Candunya mungkin mirip-mirip dengan menggebuk drum. Pegal, tapi seru.
Kalau kalian tidak suka rengginang, besar kemungkinan kalian belum mencicipi rengginang premium terbaik di dunia. Rengginang lorjuk. Rengginang asal Pulau Madura. Bukan hanya beras ketan kering yang dibumbu gurih, rengginang lorjuk menjadi istimewa karena ada selipan kerang di antara bulir-bulirnya. Ya, lorjuk adalah semacam kerang kecil khas sana.
Warnanya kehitaman. Seperti noda di antara bulir ketan yang putih. Tapi jangan ditanya, rasanya gurih. Tiap gigitan yang beruntung akan mendapatkan setitik lorjuk. Walau setitik, tapi citarasanya naik beberapa derajat.
0 tanggapan:
Posting Komentar