Rabu, November 21, 2012

Orang Madura & Stereotipe di Sekitarnya

Beberapa suku di Indonesia punya stereotipe tertentu mengenai pekerjaannya. Misalnya, orang batak identik dengan sopir bus & angkot, tukang tambel ban, atau pengacara. Contoh lainnya orang padang identik sebagai pedagang.
Selain ada stereotipe yang sifatnya nasional seperti di atas, ada juga yang sifatnya lokal. Maksudnya lokal adalah, stereotipe itu cuma berkembang di daerah tertentu saja. Misal di Jabotabek ada stereotipe kalau orang Tasikmalaya identik sebagai tukang kredit. Orang di Sumatera mungkin tidak akan "ngeh" dengan stereotipe ini.
Orang Madura pun punya stereotipe atas pekerjaannya. Beberapa stereotipe yang sudah level nasional tentu saja adalah tukang sate dan tukang bubur. Selain stereotipe yang sifatnya nasional, orang madura juga punya stereotipe yang sifatnya lokal. Misalnya di Magelang, orang madura sering diasosiasi dengan tukang pangkas rambut. Hal ini tidak dikenal di Jabotabek, karena di Jabotabek tukang pangkas rambut identik dengan para Asgar (Asli Garut).
Satu stereotipe terkenal lain mengenai orang madura adalah sebagai tukang pengumpul besi tua. Sebenarnya stereotipe ini hanya bersifat lokal di Jabotabek, tapi menjadi terkenal karena arus informasi berpusat di Jakarta, lokasi di mana stereotipe ini berkembang.

Jembatan Suramadu (sumber gambar)


Medio 2009 lalu, ketika Jembatan Suramadu baru diresmikan, sempat ada kabar kalau baut-baut di Suramadu hilang. Awalnya Saya tidak percaya, namun ternyata memang benar kabar itu. Kemudian muncul tuduhan bahwa orang Madura, yang menurut orang Jakarta "rajin mungutin" besi-besi di jalan, sebagai penyebabnya.
Sebuah tuduhan yang tidak berdasar menurut Saya. Beberapa argumen yang bisa Saya gali antara lain adalah  sebagai berikut:


Stasiun Kereta Kamal 
  1. Pertama, ada kemungkinan bahwa baut-baut itu memang belum terpasang. Jadi ketiadaan baut-baut dan plat penutup jalan tersebut bukan dikarenakan hilang, namun lebih karena pekerjaannya yang memang belum selesai.
  2. Stereotipe orang Madura adalah pengumpul besi adalah stereotipe lokal. Kebetulan karena stereotipe ini berkembang di Jakarta, kicauan ini lebih cepat tersebar, bahkan sampai masuk ke dalam meja redaksi media-media arus utama.
  3. Kereta api dulu pernah beroperasi di Madura. Sampai saat ini, sisa-sisa rel besinya masih membentang dari Pelabuhan Kamal sampai pusat Kota Bangkalan, bahkan sampai terus ke Sampang di sisi timur. Jika memang orang-orang di Madura memang oportunis dalam mengumpulkan besi, lalu kenapa sisa-sisa rel ini masih tergeletak begitu saja dari tahun 1987 sampai hari ini?
Rel Kereta yang Terbengkalai Masih Ada Sampai Saat Ini

0 tanggapan: