Selasa, September 01, 2009

sekali ini, kita bicara soal orisinalitas

walau hanya sekejap, tapi saya berani bilang bahwa saya pernah berkecimpung di dunia kreatif. sebagaimana anak muda lain yang sedang meraba identitasnya, saya memilih untuk nge-band bersama teman-teman sekolah ketika itu. dengan modal suara pas-pasan dan pengetahuan struktur lagu yang jauh dari memadai, saya masih mampu membuat beberapa lagu. ya, beberapa lagu.

lagu-lagu yang selalu dengan bangga saya dendangkan sambil bersusah payah menarikan jemari mengganti kuncian pada frat-frat gitar. tidak peduli ada atau tidak ada yang mendengar, tidak peduli ada atau tidak ada yang mengapresiasi. untuk saya, dengan kemampuan minimal, mampu merangkai lagu sendiri adalah kebanggaan.

dengan gitar ini, lagu-lagu itu biasa saya mainkan.

tak jarang teman berkomentar tentang lagu-lagu saya. tidak terlalu banyak yang mengapresiasi memang. tetapi sering kali komentar mereka seperti ini, "ini lagu siapa sih? kayaknya gue pernah denger." mahfum mereka menanyakan lagu siapa, karena memang lagu-lagu tersebut baru saya perkenalkan ke telinga mereka. tetapi banyak dari mereka yang seperti sudah familiar dengan lagu-lagu saya. seperti berusaha mengingat, tapi kemudian ingatan tersebut tersangkut di salah satu lekukan otak.

rasanya tidak ada orang yang mau disebut plagiat. namun bagaimanapun juga, pengaruh luar akan selalu ada di dalam setiap karya, termasuk karya musik. dengan wawasan musik yang ada, tentunya saya pun secara tidak sadar menjadi "dituntun" ketika membuat lagu. dituntun oleh wawasan saya. saya dituntun intuisi saya untuk membuat progresi yang enak dilangkahkan, saya dituntun oleh intuisi saya untuk merangkai lirik yang megah, dan intuisi saya digerakkan oleh pengetahuan musik yang saya miliki.

karya-karya saya tidak mungkin orisinil. sama seperti karya orang-orang lain juga. dari pee wee gaskins sampai Sebastian Bach, mereka semua pasti memiliki pengaruh dari luar. bisa dipastikan tidak ada yang orisinil.

maka ketika ribut-ribut lagu kebangsaan Malaysia dituduh menjiplak lagu Terang Bulan, saya memilih untuk tidak ambil pusing. ternyata pilihan sikap saya seperti mendapatkan pembenaran. selang beberapa hari kemudian Remy Silado pun memberi klarifikasi bahwa ternyata lagu Terang Bulan pun menyadur lagu perancis. lucu sekaligus ironis.

untuk apa capek-capek menuduh mereka penjiplak? toh sehebat apapun progresi not yang bisa dibuat tetap saja maksimal berpijak pada 7 not yang ada pada tangga nada diatonis. orisinalitas dalam musik sudah hilang sejak awal. orisinalitas di dalam musik sudah habis ketika bunyi pertama terdengar di dunia ini. orisinalitas itu hanya milik Ia, Yang Maha Mencipta.

3 tanggapan:

MaYaNG's mengatakan...

iya..emang wajar kalo bikin lagu ada mirip2nya. sebenernya kan gak semua kombinasi akor itu enak didenger. makanya banyak lagu pop akhirnya jatohnya ke progresi yang itu lagi itu lagi. *jadi inget..tulisan2 kacrut yang sering gue sebut puisi itu juga suka disangka lirik lagu apa..gitu sama org2. wkwkwkw..*
kalo masalah milik memiliki yang lain. balik lagi ke integritas deh. sudah seberapa jauh kita menjaga apa yang kita miliki iya kan?? toh semuanya memang cuma titipan. hehehe..

p.s. terus2 kalo d'masiv itu jadinya ngejiplak atau terinspirasi??wkwkwkwkwkw..

Rae mengatakan...

kadang-kadang kita itu kalo udah marah suka asal tabrak aja sana-sini. maennya jadi gak cantik. sradak-sruduk sana-sini.


PS:
wow!!!

mayang nulis puisi buat siapa tuh?
:-o

Yusrizal Ihya mengatakan...

ha,..ha,..ha,..
mirip juga ama kasus yg saya alami,..lagu-lagu yg keluar dari inspirasi dan imajinasi saya sendiri,..eh, temen2 saya bilang,"kaya' pernah denger,..??"
,..ha..ha..ha...