terus terang, akhir-akhir ini gue lagi tertarik sama pilkada di jakarta. walopun gue bukan orang jakarta, tapi sebagai warga negara yang peduli terhadap ibukota negara kita, gue milih untuk peduli.
gue bukan pendukung adang atopun fauzi. malahan, i don't give a damn for them. gue lebih milih merhatiin kerjaan partai-partai yang ada. asal lo tau baik adang (diusulkan oleh PKS) maupun fauzi (diusulkan oleh beberapa partai), kalo gak salah mereka itu sebenernya bukan kader dari partai manapun. yah... bisa dibilang sebenernya mereka adalah calon independen.
kenapa hal ini bisa terjadi? kenapa partai-partai yang ada nggak nyalonin kader-kadernya aja? apa susahnya sih? apa mereka nggak punya kader yang kompeten buat ngegantiin sutiyoso? alesannya bukan itu. ini semua terkait dengan UUD. bukan UUD sebelum amandemen ataupun UUD sesudah amandemen. UUD adalah "Ujung- Ujungnya Duit". kalo misalnya partai A majuin kader dari partai mereka, maka biaya kampanye (yang sangat-sangat tidak sedikit itu) harus ngucur dari kas mereka. sementara kalo mereka mengusulkan "orang lain" justru kas mereka bisa keisi. kalo lo ngikutin berita yang ada, kan sempet muncul berita mantan jenderal udah nyerahin duit milyaran rupiah biar bisa jadi wakil gubernur ngedampingin fauzi bowo, taunya gagal. tapi duitnya tetep ngelayang.
hal kayak begini gak cuma kejadian di jakarta aja. di banten juga ada kejadian serupa. marissa haque, yang merupakan kader PDIP, diusulkan jadi gubernur Banten oleh PKS. tapi anehnya PDIP-nya sendiri gak mau nyalonin Marissa Haque. kenapa? yah... karena kalo dia nyalonin kadernya, "ongkos" partainya bakalan gede. mendingan nyalonin orang dari luar biar bisa dapet setoran.
busuk? emang busuk! politik itu busuk! gak salah kalo ada yang jadi skeptis dengan politik. kalo masih ada yang bilang,"ah... itu cuma oknum. masih ada koq partai yang nggak kaya gitu...", itu semua omong kosong. udah nyata kalo yang namanya partai itu kerjaan utamanya nyari duit. ngebelain rakyat itu optional aja. gue nggak bilang kalo gue anti partai. gue cuma bilang kalo partai-partai itu busuk. mungkin aja 15 taun dari sekarang gue jadi fungsionaris utama partai apaan gitu... kalo sampe gue begitu, artinya gue udah mulai dibutakan oleh uang. (tolong ingetin gue ya... ;P)
fungsi partai politik sebenernya adalah untuk menghasilkan birokrat-birokrat ulung. tapi dengan kenyataan bahwa nggak ada partai yang ngebawa kadernya ke posisi utama di bidang eksekutif, maka udah secara jelas ngebuktiin kalo partai politik telah gagal mengemban tugas ini. gagal karena tidak mampu, atau gagal karena "tidak mau" mengemban tugas ini? lo konklusiin aja sendiri.
kalo nyata-nyata partai politik udah gagal ngasilin kader yang mumpuni untuk mimpin tangkup kekuasaan dan lebih milih "boneka" dari luar untuk dimainkan sebagai pemimpin, kenapa calon independen terus dilarang?
kenapa calon gubernur jakarta nggak boleh berasal dari orang non-partai yang tidak diusulkan oleh partai? padahal jelas statusnya bakalan sama aja dengan orang non-partai yang diusulkan oleh partai kan? kalo alesannya karena secara hukum itu nggak memungkinkan, ya ubah aja aturannya. jelas-jelas aturan itu kebukti belum bebas masalah (ato kalo kata orang IT, gak bugs-free).
gue di sini nggak dalam posisi ngebuat lo (yang warga jakarta) bingung harus milih yang mana... milih iblis ato milih setan. terlepas dari segala kekurangan yang bejibun, pasti setiap orang masih punya hal yang baek (sekaligus membuktikan bahwa calon yang ada bukanlah iblis atopun setan, as real as their flesh and blood!).
pilih apapun, tapi jangan pilih "boneka ondel-ondel" yang digerakin parpol untuk mimpin ibukota jakarta.
nb: tidak memilih adalah sebuah PILIHAN yang juga harus dihargai.
Kamis, Juli 05, 2007
Mencari ondel-ondel pengganti Sutiyoso
Label: politik, rae against the machine
Dirangkai oleh Rae pada 1:55:00 PM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 tanggapan:
Posting Komentar