Minggu, Juni 02, 2013

Kutukan Vokalis The Fly


Semenjak kemunculannya secara nasional di 1997 dengan lagu “Pelangi Semu”, band The Fly seperti tidak kehabisan masalah. Dianggap terlalu nge-U2, frustasi dengan industri musik Indonesia hingga ditinggal beberapa anggota utama, sampai gonta-ganti vokalis.
Setelah gagal secara komersial dengan album pertama, The Fly akhirnya mampu bangkit dari kubur meskipun hampir setengah anggota mereka rontok. Disangkal atau tidak, salah satu faktor kesuksesan The Fly ketika itu ada di warna suara vokalis mereka, B’jah.
Dengan suara syahdu, B’jah mampu menginterpretasikan lagu dengan baik. Coba saja dengarkan rekaman “Berlalu” dan “Izinkan” dari The Fly, cukup menjadi bukti shahih bagaimana B’jah mampu meninggalkan identitas suaranya pada sebuah lagu. Ironisnya Kin Aulia, sang gitaris, justru kerap merasa tidak puas dengan vokal B’Jah ketika membawakan lagu-lagu The Fly.
Namun kerjasama B’jah dan anggota The Fly lain harus berakhir pasca album “Keindahan Dunia”, tepatnya pada 2005. Masalah kedisiplinan dan komunikasi yang memburuk antar mereka diyakini banyak orang sebagai alasan utama keluarnya B’jah. Meskipun dalam beberapa wawancara disebutkan bahwa B’jah ingin berkonsentrasi dengan pendidikannya yang terkatung-katung.
Lepas dari B’Jah, The Fly tetap ngamen ke mana-mana dengan vokalis-vokalis catutan. Nama-nama seperti Ariyo Wahab dan Ipang Lazuardi sempat beberapa kali diplot sebagai vokalis. Sampai pada 2006 akhirnya Firman, yang jebolan Indonesian Idol II, disepakati sebagai vokalis The Fly.
Sebagai catatan, di era ini, The Fly memiliki beberapa ide yang cukup unik ketika manggung. Dalam salah satu acara televisi, mereka tidak hanya memainkan sample suara, namun sample video berisi gambar dan vokal dari Gian. Permainan live dengan sample ini memberi kesan duet antara Gian yang live dan Gian di sample.
Gimmick yang diberikan kepada Firman untuk membangun identitasnya sebagai vokalis The Fly sudah cukup baik. Misalnya saja, tongkrongan Firman disesuaikan dengan imaji The Fly yang rapi dan kerap berkacamata hitam. Selain itu, untuk menghilangkan imaji Indonesian Idol yang begitu melekat, The Fly menyiapkan nama panggung “Gian” yang diambil dari nama KTP-nya sendiri, Firman Siagian. Mungkin nama Firman akan tetap dipakai kalau bandnya bernama “The Prophet”. Sayang kerjasama ini hanya bertahan untuk satu album (If Loving You Is Wrong, I Don’t Want To Be Right) di tahun 2007.
Seakan sejarah berulang, proses keluarnya sang vokalis ternyata meninggalkan cerita tidak enak. Keinginan Firman (atau Gian?) untuk bersolo karir dengan musik melayu mendapatkan resistensi dari anggota The Fly yang lain. Entah karena khawatir The Fly akan dinomorduakan atau pilihan Firman akan musik melayu dianggap akan menodai “darah biru” rock n’ roll The Fly, yang jelas kerjasama mereka bubar jalan.
Nampaknya kehilangan vokalis untuk kedua kalinya cukup memberi trauma pada The Fly. Semenjak keluar pada pertengahan tahun 2009, Sinar The Fly meredup. Tanda-tanda kehidupan band ini mulai kembali terdeteksi pada April 2010. Ketika itu, mereka menjadi salah satu pengisi acara Rolling Stone Release Party bersama Komunal, The Authentics, dan Seringai. Cuma ada yang janggal ketika itu, The Fly tidak memakai nama The Fly, tapi “Project The Fly”.
Dari beberapa review gig yang ada di Internet, penampilan Project The Fly ketika itu tidak mendapat sambutan antusias dari penonton. (Project) The Fly yang sebelumnya dicap U2 banget, sekarang justru dicap ke-“Muse-Muse”-an. Penghakiman ini hadir karena Project The Fly menghadirkan vokalis dengan suara falsetto (yang kemudian diperkenalkan sebagai vokalis The Fly berikutnya). Project The Fly mendapat kritik seperti band yang limbung dan hilang arah. Musik mereka terasa mentah sampai-sampai Kin (mungkin) merasa gak percaya diri dan bertanya ke penonton, “Lagunya agak aneh ya?”
Satu tahun berlalu, paruh kedua 2010, The Fly mulai aktif di sosial media. Mereka pun mengumumkan rencana rilis album baru dengan vokalis baru. Ketika ditanya apakah mereka akan memakai nama “The Fly” atau “Project The Fly”, Kin menjawab, “Namanya tetap The Fly kok.”
Sempat molor beberapa lama, akhirnya album baru The Fly keluar di 2011 (A New Beginning From Another Beginning’s End). Keluarnya album baru ini sekaligus memperkenalkan vokalis baru mereka, Teddy.
Secara musikalitas, The Fly jelas berkembang ke arah yang baik. Suara-suara yang mereka hasilkan semakin rumit, namun di saat yang bersamaan juga indah. Memang nuansa Muse terasa di beberapa sisi. Tapi ayolah, terinspirasi band lain itu kan sah-sah saja.
Mungkin tidak semua orang bisa dengan mudah mencerna musik di album ini, namun boleh dibilang inilah album rekaman The Fly yang paling matang, walaupun tidak semua penggemar mereka menyukai perubahan yang begitu drastis ini.
Entah kutukan atau apa, pada pertengahan 2013, The Fly mengumumkan bahwa posisi vokalis mereka tidak lagi diisi oleh Teddy. Tidak begitu jelas apa yang terjadi di band ini. Setidaknya semoga mereka berpisah dengan baik-baik, tidak seperti dua vokalis sebelumnya. Ketika Kin ditanya mengenai apa yang terjadi dengan Teddy, Ia hanya menjawab bahwa album bersama Teddy hanya sebuah proyek. Ia pun menjanjikan bahwa album berikutnya akan kembali ke akar musik The Fly. Apakah artinya The Fly tidak akan terasa Muse lagi? Apakah The Fly akan kembali terasa seperti U2? Tentu idealnya The Fly akan terdengar seperti The Fly.
Lelah berganti-ganti vokalis akhirnya band ini mempercayai sang frontman Kin Aulia untuk memperluas hegemoninya di band. Kini Kin Aulia juga merangkap sebagai vokalis. Sebuah keputusan yang didukung banyak pihak, bahkan dari Adib Hidayat, Pimpinan Redaksi Rolling Stone Indonesia.
Pengumuman ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Hit pertama The Fly, Pelangi Semu, pun vokalnya diisi sepenuhnya oleh Kin. Padahal ketika itu, secara de jure vokalis The Fly adalah B’jah. Pemilihan Pelangi Semu sebagai lagu yang dibuatkan video klipnya membuat B’jah harus puas dengan hanya menggoyang-goyangkan badannya saja di video klip tanpa ikut bernyanyi.
Selain di Pelangi Semu, ada juga beberapa lagu The Fly yang vokalnya diisi oleh Kin seperti di lagu “Cahaya Kalbu”. Duet mautnya dengan B’jah di lagu Terbang juga melengkapi karakter vokal B’jah yang bermain di nada-nada rendah.
Kualitas vokal Kin memang tidak jelek. Dengan suara yang melengking, karakter suaranya memang pas membawakan lagu-lagu rock. Namun suara Kin sekarang bukan lagi sekedar pelengkap seperti Richie Sambora di band Bon Jovi yang hanya bernyanyi sekali-kali dalam sebuah konser. Kin tetap harus membuktikan bahwa dirinya mampu untuk  tampil secara live dengan bernyanyi penuh penghayatan sekaligus bermain gitar dengan repertoir panjang. Penghayatan menjadi faktor kritis dalam karir musik The Fly berikutnya, karena penghayatan lagu adalah ciri khas The Fly selama ini. 

1 tanggapan:

dewan mengatakan...

jaga cahayamu.....jaga cahayamu......