Orang bijak tidak menilai buku hanya dari sampulnya, apalagi menilai isi buku hanya dari review-review (yang kebetulan banyak) menyesatkan.
Cerdik cendikia mana yang tidak pernah mendengar buku On The Origin of the Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life, atau yang lebih sering disingkat The Origin of The Species saja? Rasanya hampir semua orang pernah mendengar buku ini. Tetapi apabila pertanyaannya diubah menjadi siapa saja yang pernah membaca (dalam huruf yang dicetak tebal) buku ini? Mungkin hanya sedikit. Sarjana-sarjana biologi pun rasanya tidak semuanya pernah membaca teks atau terjemahan lengkap buku ini.
Halaman Judul The Origin of Species
Sejak awal buku ini telah menuai kontroversi. Penilaian atas buku ini kemudian lebih banyak didasarkan pada review-review yang ditulis orang lain. Kebanyakan, oleh orang yang kontra atas apa yang dikatakan Darwin. Mereka umumnya berasal dari kaum puritan yang merasa apa yang dikatakan Darwin menyimpang dari keyakinan mereka seperti yang ditulis dalam Kitab Sucinya masing-masing. Kacaunya, review-review itu kemudian banyak dibeokan oleh orang lain tanpa merasa perlu untuk mericek garis miring mengklarifikasi garis miring tabayun.
Entah apa yang sebenarnya terjadi, mungkin hendak melakukan simplifikasi atau apa, yang jelas kemudian muncul sebuah kesimpulan yang jamak kita dengar, dan kemudian menjadi dosa besar Charles Darwin, bahwa menurutnya, nenek moyang manusia berasal dari kera.
Saya sendiri sampai saat ini belum berkesempatan membaca buku tersebut. Tapi dengan berbekal lebih banyak review dari beragam sudut pandang, bolehlah Saya urun tulisan mengenai "Dosa Darwin".
Hal-hal yang Keliru (Dipahami) dari Darwin
Evolusi Manusia?
Apa benar Darwin berkesimpulan bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera? Buku The Origin of The Species ditulis Darwin dengan mengamati burung-burung Finch yang ada di Kepulauan Galapagos. Kesempatan itu Ia dapat ketika menumpang kapal HMS Beagle selama lima tahun.
Berdasarkan pengamatan Darwin, paruh burung Finch berbeda-beda, disesuaikan dengan makanannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri Darwin, apakah pada awalnya bentuk paruh burung Finch adalah sama?
Darwin sendiri bukanlah evolusionis pertama di dunia. Sebelumnya dunia juga sudah mengenal Eugene Dubois, Alfred Russel Wallace, Al-Jahiz, Zhuang Zi, atau Anaximander. Darwin sebenarnya hanya menguatkan dugaan-dugaan yang sudah ada sebelumnya.
Dengan membaca literatur dari naturalis-naturalis lainnya, Darwin kemudian menduga bahwa memang benar bahwa makhluk hidup selalu mengalami perubahan fisik dalam rentang waktu yang panjang (evolusi) dan bentuk paruh burung Finch adalah salah satu buktinya.
Lalu keterkaitannya dengan manusia pertama? Darwin tidak pernah bilang bahwa manusia berasal dari kera. Darwin "hanya" pernah mengatakan (atau mungkin lebih tepatnya menduga) bahwa manusia dan kera berasal dari nenek moyang yang sama. Jelas ini adalah dua hal yang berbeda.
Darwin hanya berbicara mengenai asal-usul keragaman makhluk hidup bukan asal usul makhluk hidup (makanya judul bukunya adalah The Origin of Species bukan The Origin of Life). Seringkali orang mencampuradukkan antara teori evolusi dengan teori abiogenesis. Mungkin ada sebagian dari teori evolusi yang benar, sementara sisanya salah. Teori Evolusi berbeda dengan teori abiogenesis yang memang jelas-jelas menegasikan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam. Jadi sebenarnya tidak tepat jika kemudian kita mempertentangkan antara Teori Evolusi dan ajaran agama.
Namun demikian, benar tidaknya Teori Evolusi Darwin masih bisa diperdebatkan. Tidak ada data yang bisa mendukung langsung teori ini, meskipun telah ditemukan fosil-fosil mulai dari Meganthropus Paleojavanicus sampai manusia pra modern Pithecantropus erectus yang menunjukkan perjalanan panjang evolusi manusia. Teori itu masih terlalu berani meloncat karena tidak pernah ditemukan rangka utuh dari makhluk-makhluk pra-sejarah tersebut. Sangat mungkin Darwin salah. Mungkin Ia ibarat dokter yang salah mendiagnosis suatu penyakit, tapi jangan lantas menghakimi Ia sebagai sebagai tukang sihir.
Darwin ibarat dokter yang salah mendiagnosis suatu penyakit, tapi jangan lantas menghakimi Ia sebagai sebagai tukang sihir.
Teori Evolusi
Dalam taraf yang tidak seekstrim Darwin atau Dubois, teori evolusi sangat mungkin adalah benar. Di dalam kompleks Baitullah, ada satu tempat yang termasuk mustajabah bernama Maqom Ibrohim. Maqom Ibrohim sendiri menunjukkan bekas pijakan Nabi Ibrahim AS ketika sedang membangun Ka'Bah. Dari bekas pijakan tersebut, bisa dilihat bahwa ukuran kaki Nabi Ibrahim AS, bukanlah ukuran "normal" untuk manusia jaman sekarang. Perubahan ukuran tubuh manusia ini bisa menjadi bukti bahwa evolusi memang terjadi pada manusia pada khususnya dan semua spesies pada umumnya.
Maqom Ibrohim
Ayu Utami dalam salah satu babnya di Buku Bilangan Fu (2008) juga mencoba mencari keselarasan antara teori evolusi dengan isi kitab suci dengan menyitir kitab Genesis mengenai kehadiran manusia dengan ukuran besar:
Pada waktu itu, orang-orang RAKSASA ada di bumi, ketika anak-anak allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang gagah perkasa di zaman purbakala.
Contoh lain adanya evolusi adalah perbedaan antar ras yang sangat nyata. Bagaimana orang mongoloid memiliki ciri-ciri fisik yang amat berbeda dengan orang-orang kaukasoid atau negrito, padahal nenek moyangnya diyakini satu. Teori evolusi membantu kita untuk memahami fenomena-fenomena ini. Evolusi akan menghasilkan percabangan-percabangan. Percabangan-percabangan tersebut kemudian akan bisa menyatu kembali melalui perkawinan antar ras atau varietas.
Dalam kasus yang lebih praktis, penemuan bibit-bibit unggul (mulai dari perkawinan silang sampai genetic modified organism/ GMO) pun berdasar pada teori evolusi. Dengan teori evolusi pula kemudian kita menjadi lebih mudah memahami anatomi makhluk hidup dengan mengklasifikasikannya ke dalam kumpulan-kumpulan kingdom sampai spesies. Dengan demikian evolusi jangan lagi dianggap sebagai sesuatu yang tabu, di luar nalar, apalagi anti-Tuhan.
* * *
Catatan Tambahan
Walaupun gaya tulisannya serius banget, sebenarnya postingan ini untuk mengikuti kompetisi Blog Mama Cake yang diadain sama Falcon Pictures dalam rangka promosi film Mama Cake. Jangan berharap film Mama Cake seserius tulisan ini. Seenggaknya itu kesan yang didapet dari trailernya. Tapi seperti pesan di awal postingan ini, don't judge a book movie by it's cover trailer. ;-)