Jumat, Februari 20, 2009

Masalah

waktu SMP, sekitar tahun 1999, guru bahasa indonesia bertanya, "apakah masalah itu?" gue yang duduk di barisan paling belakang dengan spontan menjawab, "UHUUUY!!! kesenjangan antara harapan dan kenyataan!" seketika itu guru SMP gue terperangah, takjub, mengetahui bahwa muridnya, yang masih imut-imut SMP, sudah bisa mendefinisikan kata "masalah" dengan tepat.

okelah, cukup membangga-banggakan dirinya. gak bagus! jangan ditiru ya... masalah emang didefinisiin sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. kata orang dulu, setiap orang pasti punya masalah, karena manusia emang diciptakan dengan nafsu yang ngebuat manusia punya harapan-harapan.

gak ada yang salah dengan punya harapan, justru bagus banget (mungkin...). tapi akhir-akhir ini, entah baru keekspos atau emang baru "ngetren", orang banyak yang punya tendensi untuk ngelakuin bunuh diri. kenapa mereka sampe ngelakuin itu? kata mereka karena banyak masalah (tapi kalo kata pak ustadz sih karena mereka gak punya iman). masalah cinta (tssaaaaaah....) dan ekonomi biasanya yang paling sering ngelatarbelakangin aksi bunuh diri. dulu sih gue ketawa-ketawa aja kalo ngedenger kabar orang bunuh diri karena cinta ato desakan ekonomi, ya, gue emang freak, bisa ngetawain orang yang mati. tapi beberapa kejadian akhir-akhir ini ngebuat gue agak ngerem untuk ngetawain kekonyolan orang-orang itu. gak lucu aja kalo nanti tau-tau gue ketawa ngakak-ngakak pas nemuin jenasah temen gue di kamar kosannya.

siang tadi, satu temen gue bilang ke gue lewat pesen teks. dia bilang dia baru aja hampir bunuh diri. well, persisnya sejauh apa yang udah dia lakuin, gue juga gak tau. apakah cuma untuk nyari-nyari perhatian, atau niatnya emang tulus dari lubuk sanubarinya yang terdalam. sebagai orang yang emang jarang banget mau terlibat secara emosional dengan masalah orang lain, gue milih untuk gak nanya ada masalah apa. gue cuma bilang, "jangan pernah mikir kayak begitu lagi!"

ini bukan pertama kalinya gue nyaris keilangan temen gara-gara bunuh diri. untung semua usaha orang-orang itu gagal. mereka yang sudah sadar dari kekonyolannya selalu bilang, kalo masalah mereka terlalu banyak. gimana bisa masalah mereka terlalu banyak? mustinya masalah mereka ya gak jauh-jauh beda lah dengan temen-temennya. mustinya kalopun mereka punya masalah yang gede banget, gak mungkin bisa sampe empat kali lebih berat bebannya dibandingan dengan masalah temen-temen mereka. terus di mana letak perbedaan yang besar, sampe mereka nawaitu bunuh diri?

untuk ngejawab pertanyaan di atas, maka kita kembali ke definisi. masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. ada dua variabel di sana, yaitu harapan dan kenyataan. dua variabel itu independensinya berbeda. kenyataan gak bisa sepenuhnya kita kendalikan, karena akan selalu dikalikan dengan faktor x yang besarannya gak pernah bisa kita kendalikan, sementara harapan, (harusnya) selalu bisa kita kendalikan, karena tidak ada campur tangan yang lain untuk memiliki harapan kecuali dari diri kita sendiri.

sederhananya semakin banyak kita berharap, semakin besar kemungkinan kita punya masalah. semakin sedikit kita berharap, semakin sedikit juga kemungkinan kita untuk punya masalah. kenapa kita harus berharap menjadi lebih kaya, toh seperti sekarang pun masih bisa bertahan hidup. kenapa harus berharap punya pasangan, ada atau tidak ada pasangan juga nanti kita akan mati. kenapa harus berharap punya jabatan? toh nanti juga jabatan akan kita tinggalkan. kenapa harus berharap sekolah tinggi-tinggi? toh nyari kerja sama aja susahnya. kenapa harus begini? kenapa harus begitu? kenapa harus punya mimpi? orang yang bermimpi tidak akan pernah mendapatkan tidur yang nyenyak, meskipun mimpinya itu amat indah. dan lagi, itu hanya mimpi, pepesan kosong belaka...

3 tanggapan:

Anonim mengatakan...

gue selalu bilang,, seandainya bisa jadi orang yang tak perlu merasa ingin jadi sesuatu, menjelaskan sesuatu, atau membuktikan sesuatu (eh, ini ada korelasinya ga siiy sama postingang di atas??)
trus, masalah harap berharap ini, dah pernah gue singgung secara singkattt bangedd di http://kunangkunang.choseit.com/kumpulan-luka-hati-konklusi-kacau/

tapi mas kebon jahe,, org kan beda-beda.. ada yang putus cinta dia masih bisa ketawa ketiwi tralala trilili, ada juga yang ngerasa itu adalah hal pahit yang akhirnya menjadi kesimpulan dari kehidupan masa mudanya yang sebentar lagi berlalu (gue baca di akademosnya bagus takwim).. intinya, kapasitas manusia kan beda-beda,, yah, tapi intinya sih itu, kalo emang beriman, ngga mungkin pilih suicide..
soalnya,, ya hidup itukan bukan pilihan,, mau ngga mau kita harus bertahan..

Anonim mengatakan...

kalo ada orang yang tralala trilili dan ada orang yang nyimpen dan memendam, itu adalah sifat bawaan. Sudah didikan tanpa sadar. Itu adalah perilaku dasar seorang individu. Kita tidak bisa memaksakan ke seseorang "jangan terlalu disimpen dihati lah", atau ada yang berfikiran "gw pengen kayak dia yang bisa santai2 aja terhadap masalah"...
Yang bisa kita lakukan adalah sesuaikan dengan "perilaku" hati orang tersebut, yang paling gampang anda cari caranya dengan mempelajari ilmu2 kepribadian...

Anonim mengatakan...

Re,
Gw mampir ke blog lo lho.. Tapi gw ga bisa komen serius +_+