Senin, Juni 30, 2008

ayo hemat listrik! supaya gak mati-mati listrik lagi!


m a t i i n
y a n g
g a k
p e r l u

sekali ini tentang rokok (dan sedikit juga tentang ganja -,-v).

temen sekamar gue waktu di asrama ada yang perokok. sekali waktu, kita pernah ngobrol-ngobrol soal rokok. sambil ngembus-ngembusin asep rokoknya, dia bilang ke gue, " gue juga tau diri, re... kalo di tempat umum gue gak bakal ngerokok. kan kasian kalo ada yang keganggu." gue yang denger omongan dia langsung ngelongo dengan muka terbloon yang bisa gue tampilkan...

"lu bisa toleran sama orang yang gak lu kenal di angkot, tapi sama temen sekamar lu sendiri lu cuek aja! gimana sih lu?", denger omongan gue, dia cuman mesam-mesem sambil ngebul-ngebulin asep rokok.

untuk orang yang kecanduan, rokok emang bisa berarti segalanya. mending gak makan daripada gak ngerokok. mending gak nyampur daripada gak ngerokok. hal ini juga yang bisa ngebuat industri rokok indonesia lenggang kangkung ngelewatin era 1998 yang penuh dengan badai ekonomi, karena para perokok tetep ngerokok tanpa mengurangi jatahnya!

rokok gak kenal usia, tua muda hajar bleh. rokok juga gak kenal strata, miskin kaya sikat aja. sekali terperangkap dalam kecanduan rokok, cuma niat yang kuat bisa ngebantu lo lepas dari jeratnya *sotoy mode: ON*. rokok emang bisa bikin orang jadi tolol. bukan tolol dalem artian yang tadinya apal UUD 1945, terus abis ngerokok jadi lupa. tapi tolol dalem ngambil prioritas dalem hidupnya.

tukang ojek, sopir angkot, buruh bangunan yang sering ngeluh karena hidupnya gak kunjung sejahtera sebagian besar adalah perokok, bahkan perokok berat. dalem sehari bisa satu bungkus rokok. anggeplah satu bungkus rokok sekitar 7.500 perak. jadi dalem satu bulan duit yang dia bakar adalah sebesar kurang lebih 225.000 perak! dengan duit sebesar itu, seharusnya bakal ada lebih banyak hal produktif yang bisa dia lakuin daripada bengong-bengong bakar udud.

ratusan mayat yang terbujur kaku karena kanker paru-paru gak ngebuat gentar para perokok yang udah kecanduan. padahal resiko kesehatan gak cuman ngancem diri dia, tapi juga orang-orang di sekitarnya, bayi yang lagi dikandung dia, ataupun keluarganya di rumah. perokok pasif lebih beresiko terkena gangguan kesehatan ketimbang perokok aktif? gue rasa hal ini perlu dilurusin. yang bener adalah merokok secara pasif lebih beresiko terkena gangguan kesehatan ketimbang merokok secara aktif. perlu diingat, bahwa orang yang merokok secara aktif PASTI juga akan merokok secara pasif. toh udara yang dia hirup kan dari situ-situ juga.

ketika sekitar setahun yang lalu sempet mengemuka opini tentang pelegalan ganja, gue justru bener-bener seneng kalo ini bisa terjadi. akan tetapi dengan syarat: ganja dilegalkan dan rokok di-ilegalkan! kenapa?

pertama, ketika orang ngeganja gak bakal ada istilah ngeganja pasif. kenapa? karena semua asep diisep dan gak dikeluarin. gue pernah nanya kenapa peganja-peganja ini melakukan itu, alesan mereka adalah karena ganja mahal, kan sayang kalo asepnya dibuang-buang. dengan demikian, pencemaran udara juga berkurang toh?

kedua, karena ganja mahal, pemerintah bisa dapet keuntungan yang lebih dari pemberlakuan cukai ganja. harga ganja minimal empat kali lebih mahal ketimbang rokok (perbandingan dilakukan pada tahun 2000). kalo selama ini industri rokok bisa memberikan tarikan nafas yang amat baik kepada keuangan negara, apalagi kalo dari industri ganja?

ketiga, peganja-peganja akan lebih cepet mati. semakin cepet mereka membusuk, semakin bagus untuk orang lain. semakin menyedihkan keadaan mereka, semakin gentar orang untuk mulai ngeganja. dan kita gak perlu khawatir dengan dampak rokok, karena rokok udah di-ilegalkan.

smoke weed, you weak...

memanusiakan kembali manusia Indonesia

beberapa kasus kekerasan akhir-akhir ini lagi jadi pembicaraan di media. Genk Nero, bentrokan mahasiswa, sebut aja! terus terang gue bingung, apa dasar doktrin yang selalu dicekokin ke anak SD yang bilang kalo yang namanya orang indonesia itu ramah-ramah, berbudi pekerti yang luhur, dan seterusnya dan seterusnya. apakah kita udah mulai kehilangan sifat asli kita? atau sifat asli kita yang katanya bagus-bagus itu sebenernya gak pernah ada?

gue rasa opsi kedua adalah opsi yang terlalu pesimis. gue yakin bangsa kita adalah bangsa yang santun, dan bla bla bla... tapi masalahnya, fakta telah berbicara sebaliknya. artinya mungkin telah ada kesalahan pemahaman dalam menyikapi hidup ini sehingga kekerasan menjadi pilihan yang semakin diprioritaskan.

orang-orang yang lebih senior sering bilang ke gue kalo yang namanya hidup itu keras. saling jegal, saling sikut, makan temen itu adalah hal biasa. dan kehidupan gue sekarang ini (yang sangat identik dengan kehidupan mahasiswa) sama sekali belum ada apa-apanya dibandingan kehidupan di dunia nyata. maka dari itu, kemudian ada orang-orang yang sudah merasakan pahitnya kehidupan dunia nyata merasa perlu untuk "mengedukasi" adik-adiknya yang masih mahasiswa guna mempersiapkan mereka menghadapi dunia nyata. pikiran-pikiran inilah yang melahirkan penggemblengan ala ospek yang sarat dengan plonco-ploncoan.

apakah dunia emang keras? gue rasa jawabannya relatif. dunia akan jadi keras ketika orang-orang yang tinggal di dalemnya merasa harus menjadi keras. hidup juga bisa jadi lembek kalo orang-orang yang tinggal di dalemnya ngerasa hidup dengan santai-santai aja gak apa-apa. orang-orang yang merasa perlu mempersiapkan penerusnya untuk dicemplungkan ke dunia yang keras adalah orang-orang yang memandang bahwa kehidupan adalah sebuah kondisi yang terberikan. padahal setiap individu manusia punya kemampuan untuk merubah kehidupan.

kehidupan manusia saat ini mungkin memang keras, bahkan mungkin terlampau keras. seandainya ada lebih banyak lagi orang yang mau berfikir bahwa kehidupan akan lebih baik kalau kita perlunak, rasanya tidak perlu ada korban yang jatuh di IPDN, STPDN, maupun STIP.

aksi dan reaksi

beberapa tahun yang lalu gue pernah baca satu artikel di majalah islami (boleh ketawa kalo ada yang gak percaya gue baca majalah begituan). cerita itu kurang lebih begini:

seorang pria yang lagi naek motor tiba-tiba dihentiin sama polisi. pemeriksaan rutin. pak polisi minta surat-surat kelengkapan motor itu ke si pria berikut izin mengemudinya. tapi taunya si pria ini gak bisa nunjukin SIM dia. pak polisi nanya ke mana SIMnya? si pria jawab, "saya gak punya, pak."

ujung bibir pak polisi semakin mendekati kuping, sumringah karena bakal dapet korban. dia bilang," kalo gak punya SIM, bapak gak boleh bawa motor. bapak tau itu kan?" si bapak ngangguk-ngangguk. pak polisi ngelanjutin lagi,"kalo tau, terus kenapa nekad tetep bawa motor?"

si pria kemudian ngejawab, "karena saya butuh bawa motor, pak. kantor saya jauh dari rumah. saya bukannya gak mau bikin SIM, tapi temen-temen bapak yang ngurusin SIM itu selalu aja mintain duit di luar ketentuan yang ada. saya gak mau mendukung kegiatan korupsi, makanya saya nggak selesai-selesai bikin SIM-nya." ngedenger alesan si pria ini, pak polisi jadi mikir dan sedikit malu. akhirnya singkat kata, si pria ini dilepasin sama si polisi untuk kembali berkendara tanpa SIM.

konon katanya, cerita ini bener adanya alias bener-bener pernah kejadian. selesai baca artikel itu, di dalem hati gue semept muncul perasaan nggak enak. perasaan itu cuman muncul sesaat aja, abis itu ilang begitu aja.

sampai tanggal 26 juni 2008...
tiba-tiba sebuah kejadian membuka lagi onak kecil yang sempet timbul beberapa tahun lalu itu. (beberapa orang yang ngaku-ngaku) mahasiswa tiba-tiba ngerobohin pager DPR, ngebakar mobil plat merah, dan ngebuat kerusakaan di jalan tol dalem kota jakarta. pada saat salah satu pentolan mereka ditanyain kenapa mereka berbuat seperti itu, mereka bilang, mereka mengatasnamakan rakyat. perobohan pager DPR melambangkan keinginan mereka kepada para wakil rakyat untuk lebih mendengar suara rakyat. mobil plat merah dibakar karena mobil tersebut melambangkan pemerintah yang selalu menyengsarakan rakyat sebuah alat yang dibeli oleh uang rakyat melalui pajak, tetapi kemudian digunakan untu menyerang rakyat.

sinting? mungkin juga. tapi yang jelas, dari dua cerita yang gue kemukain barusan, gue nangkep satu kecenderungan: ketika korupsi sudah menjadi gaya hidup, maka perbuatan anarkis adalah reaksi yang paling umum mengemuka. membakar mobil adalah perbuatan anarkis. merobohkan pagar juga perbuatan anarkis. ngerusak kerusakan di jalan tol pun perbuatan anarkis. tapi apa naek motor tanpa SIM itu adalah perbuatan anarkis? ya! anarki kan artinya keadaan ketika tidak ada aturan. semua perbuatan di atas kan menafikan aturan yang ada. walopun pada konsep awalnya kekerasan nggak termasuk di dalam agenda anarki.

semua perbuatan di atas nggak bisa dibenarkan secara hukum, dan mereka telah memilih cara perlawanan dengan menantang langsung peraturan. setuju tidak setuju, gue nggak dalem kapasitas untuk menghakimi. tapi yang jelas gue bakal lebih milih cara perlawanan yang laen, karena gue percaya bahwa konflik akan selalu memakan collateral damage.