Senin, Juni 25, 2007

pilih langsung... ini demokrasi, bung!

"syahdan tersebutlah "sapta" sebuah kedai makan yang ramai akan pikuk manusia. terutama di kala mentari berteriak dengan lantangnya. tak hanya mereka yang beristirahat barang sejenak dari ladang ilmu pengetahuannya, tapi vertebrata lain pun banyak yang menilik berkah yang terkandung dari sapta.

kala itu, dua ekor kucing sedang menanti berkah yang turun dari sisa makan kaum cerdik pandai. kebetulan sekali, kaum cerdik pandai itu adalah dua orang rekan sejawatku. dalam aroma sop murah mereka bercengkrama laiknya dua sahabat yang baru bertemu selepas perpisahan yang panjang. selesai makan, tertinggallah onggokan piring kotor beserta sisa makanannya. sepotong tulang ayam adalah yang paling jelas terlihat di atas piring tersebut. perut sudah kenyang, piring telah kotor, namum kedua cerdik pandai itu belum lagi menanggalkan tempat duduk mereka. kedua piring tadi disingkirkan ke samping mereka.

satu kucing sadar bahwa apa yang masih tersisa di atas piring itu adalah halal baginya. maka dari itu, ia melompat ke atas kursi, lalu naik ke atas meja. dengan seksama dia mengendus isi piring. mengharap ada barang sepotong rejeki untuknya. tatkala tulang ayam terendus, salah seorang rekan saya itu mengusir kucing yang dengan lancangnya naik ke atas meja. agaknya dia tidak suka kaki kucing yang kotor itu berada di tempat makan yang seharusnya bersih.

kucing turun dengan tangan hampa. cerdik pandai yang lain lalu berkata, "wah, lo MUTUSIN REJEKI kucing tuuuh... kan dia mau makan...." , sembari berkata demikian, ia mengambil tulang ayam itu, lalu melemparnya ke hadapan kucing yang tadi naik ke atas meja. dengan sigap sang kucing menangkap tulang yang melayang di hadapannya. si kucing lalu menikmati santap siangnya.

kucing satu makan, kucing lain masih melongo. kucing lain mendekati kucing satu. mengharap sedikit welas asih dari kucing satu. bukan untung, malah buntung yang didapat. kucing satu rupanya tidak sudi berbagi tulang. tulang adalah miliknya dan itu berlaku untuk selamanya. kucing satu menyerang kucing lainnya karena merasa santapannya berada dalam situasi yang tak menguntungkan. dua kucing berkelahi karena sepotong tulang.

melihat hal itu, rekan cerdik pandai yang tadi mengusir kucing satu dari meja berkata,"tuuh kan... gara-gara lo! lo malah MUTUSIN TALI SILATURAHMI kucing jadinya." "

sepenggal cerita gak mutu tadi memulai postingan gue kali ini. gue mau ngomong, gak selamanya yang lo liat bener itu, bakal jadi bener dalam kondisi makro. hidup selalu dipenuhi dengan pilihan-pilihan. beberapa pilihan amat mudah untuk diambil solusinya. beberapa yang lain rumit. beberapa yang lain menjadi jebakan, terlihat mudah jika dipandang sekilas, tapi menjadi rumit apabila dipikirkan masak-masak. contoh dua kucing dan dua cerdik pandai itu adalah salah satunya. setiap kita mungkin akan menilai tindakan memberi tulang ke kucing adalah pilihan yang baik. tapi taunya malah bikin kucing berantem.

pengambilan keputusan adalah kunci dari baik ato nggaknya hasil yang kita dapet nantinya. lalu apa yang menjadi dasar pengambilan keputusan? sayang banget... di alam demokrasi ini kita terlalu mengagung-agungkan suara rakyat. vox populis, vox Dei. suara rakyat, suara Tuhan. siapa yang mengklaim? emangnya begitu? gak selamanya yang dimauin itu adalah yang terbaik.

sebenernya dalam demokrasi yang dianut indonesia ada nilai-nilai kearifan dengan mengambil keputusan secara musyawarah untuk mufakat. dalam bermusyawarah, kita kedepankan segala argumen dan pertimbangan untuk mencapai mufakat. dengan berlandaskan pada akal sehat dan budi pekerti yang luhur, sangat mungkin keputusan yang diambil memang adalah yang terbaik.

tapi apa kabar indonesia hari ini? pemilihan umum secara langsung. kalo begini caranya, ini lebih mirip yang kuat, yang berkuasa. siapa yang bermassa, dia yang berjaya.

pertanyaannya...
apakah pemilihan umum secara langsung memang lebih baik?
atau musyawarah anggota DPR (walopun katanya anggota DPR itu korup-korup) untuk memilih presiden itu lebih baik?
ato ada mekanisme laen yang bisa lebih mengedepankan akal sehat dan lebih menghargai hak-hak kaum minoritas?

ini pertanyaan yang amat menjebak. dan dibutuhkan kearifan untuk menjawabnya. terus terang gue nggak punya jawabannya, tapi kalo lo punya, kenapa gak dibagi ke yang laen?

Jumat, Juni 22, 2007

research status: farewell-farewell poppy (Hydrocleys nymphoides)...

maaf... hari ini saya sedang berkabung.
penelitian gue gagal. HUA!!!!! rasanya gue pengen nangis!!! taneman yang udah gue tumbuhin di limbah taunya mati semua. mereka bukan mati menguning, tapi menyoklat! kering kerontang di atas air.

berikut analisis yang udah gue bikin:
taneman gue kayaknya mati karena kandungan nitrogen di dalem limbah itu terlalu pekat. seperti yang telah ditunjukkan oleh kurva blackman pada abad 19, telah terang bahwasanya kehadiran senyawa nitrogen bagi tanaman dapat membuat tanaman menjadi subur. hal ini disebabkan karena nitrogen adalah penyusun yang amat penting bagi klorofil yang banyak terdapat di daun. jadi kalo taneman dikasih pupuk N, maka lo bakalan dapetin taneman lo daunnya banyak. maka dari itu, nitrogen dimasukkan sebagai salah satu nutrien bagi tumbuhan. karena kebutuhan tumbuhan akan nitrogen ini cukup banyak, maka nitrogen digolongkan sebagai makro nutrien. berbeda dengan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. akan tetapi keterangan dari mbah blackman ini gak sampe di situ. ia membuat sebuah grafik yang menunjukkan bahwa pada satu titik konsentrasi nitrogen, pertumbuhan akan mencapai titik optimal. jika konsentrasi ditambah lagi, grafik pertumbuhan akan turun ke bawah, alih-alih terus meningkat. agaknya itulah yang terjadi dengan taneman gue. pada konsentrasi 100% taneman kering, konsentrasi 50% juga kering, konsentrasi 25% kuning layu. artinya titik optimal bagi water poppy (nama taneman yang gue pake) ini ada dibawah 25%.

sekarang pertanyaan gue, apa gunanya penelitian gue kalo faktor pengenceran yang harus gue lakuin sampe 4x lebih? mana ada industri tahu, yang kebanyakan adalah industri kecil, mau buang-buang aer cuma buat nanganin limbahnya. dari sini aja udah ketauan kalo ini gak feasible.

kayaknya gue harus ganti penelitian. penelitian manajemen aja deh... yang nggak banyak keluar duit.
nasib... nasib...

research status: INVADER INVASION!!!!

well, setelah proses penyeragaman yang memakan waktu sekitar satu setengah bulan, akhirnya gue memutuskan siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, yaitu perkawinan. maksud gue penelitian pendahuluan. oh iya, jadi sebenernya penelitian gue ini terdiri dari empat tahap yaitu penyeragaman, penelitian pendahuluan, penelitian utama, sama permodelan IPAL sederhana.

satu hal yang harus gue siapkan untuk proses kedua ini tentunya adalah air limbah. air limbah yang gue pake adalah limbah industri tahu. dengan berbekal 3 jirigen ukuran 20 liter, di pagi yang cerah itu, gue berangkat ke arah barat bersama seorang hulu balang, si Muad, yang mau-mau aja gue suruh bantuin. perjalanan menuju lokasi pabrik berjarak dua setengah batang rokok berjalan kaki. atau kalo dikonversi sekitar 10 menit naek mubil. perjalanan pergi dilalui tanpa halangan. tapi perjalanan pulang adalah hal yang lain. bukan karena jalan yang menanjak, tapi karena jirigen itu keisi penuh sama aer limbah yang masih panas. 3 x 20 liter aer limbah. kalo aer biasa aja satu liternya sama dengan satu kilogram, artinya 60 liter sama dengan 60 kilogram. tapi ini limbah, bung! densitasnya lebih gede. panas pula! 2 jirigen di gue, satu di muad. dengan semangat membara sembari mendengarkan pidato almarhum presiden soekarno melalui i-pod (boong ding...) kita berjalan dari pabrik menuju gerbang depan pabrik. dari gerbang depan pabrik ke tempat naek angkot masih harus jalan sekitar 200 meter. baru nyampe pinggir jalan depan pabrik, si muad udah ngos-ngosan. ck.. ck.. ck.. padahal kan dia cuma bawa satu jirigen. lha gue bawa dua aja gak ngeluh..(padahal dalem hati, gue udah khawatir sakit pinggang gue kumat, ato pingsan keabisan napas di tengah jalan).

setelah berembuk beberapa saat di kedai kopi, akhirnya kita sepakat nyarter angkot aja sampe kampus. ga apa-apa deh keluar duit lebih, daripada sakit. as you know... healthy is not everything, but without it, everything becomes nothing (just the same as you, babe... =P). perjalanan pulang dilalui dengan hati riang. kami berdua bersama bapak sopir menyanyikan lagu bebek-bebekku sepanjang perjalan. oh... indahnya dunia ini...

bebek-bebekku
mari ke mari
ikutlah aku
ke kebun bibi

di sana banyak
kesukaanmu
cacing yang gemuk
hap... lalu diserbu

(kenapa cerita gue jadi ngelantur begini ya?)
kembali ke cerita... singkat kata, singkat cerita kita sampe di kampus. gotong-gotong jirigen ke lantai dua rasanya bikin dengkul gue mau copot dan bikin badan gue jadi pendek. dengan bantuan troli kita ngebawa tiga jirigen ke lokasi penelitian gue. di mana segala peralatan sudah diset, dan tanaman telah ditumbuhkan.

tapi alangkah terkejutnya hatiku. manakala kulihat ternyata... tanamanku... mereka... DISERANG MAKHLUK ASING!!!!! gue segera mengeluarkan radar alien paling canggih yang gue punya! identifikasi segera gue lakuin atas entitas-entitas tidak bertanggung jawab yang ada di kolam percobaan gue. di air yang gue tumbuhin itu ternyata telah tumbuh dua makhluk yang berasal dari kingdom berbeda. yang pertama adalah salah satu anggota molusca yang berasal dari kingdon animalia. taneman gue ditebengin siput-siput berandalan! jumlahnya banyak banget. tapi ukurannya kecil-kecil. cuma seukuran biji ketan dibagi dua. serangan kedua berasal dari kingdom plantae. tergabung dalam jenis mikrofita yang juga termasuk tumbuhan perintis agaknya. karena bentuknya seperti lumut. tapi hidupnya di air.

sirine tanda bahaya segera berbunyi. status dinaikkan menjadi darurat militer. artileri berat segera dikeluarkan. selang gue pasang di keran aer. jadwal hari ini adalah menumpas tuntas alien-alien biadab ini. satu persatu taneman gue bilas. daunnya gue bersihin. ketiak daunnya juga. bagian akar pun tak ketinggalan. bak percobaan juga gue kuras. rupanya sulit lho... ngelepas badan siput yang udah kadung nempel ke bak. dengan sedikit tenaga tapi bisa lepas juga. satu persatu gue lakuin. ada sembilan bak percobaan, artinya gue nguras sembilan bak, dan mandiin sembilan taneman.

pekerjaan gue akhirnya selesai di pukul 11.30. serangan alien telah ditunpas. kedamaian pun kembali bersinar di bumi. terima kasih superman...

Sabtu, Juni 09, 2007

menunggu dadu(?)

tak mungkin menang besar kalau tak berani bertaruh besar!!!

petikan lagu seringai. seberapa besar lo berani pasang taroan? berani ngegadaiin masa depan lo untuk sebuah ketidakpastian?

ato seberapa rendah lo bisa nyelem? seberapa lama lo bisa nahan nafas? seberapa kuat lo bisa nahan rindu sama oksigen?

tapi sekali lagi, tak mungkin menang besar kalau tak berani bertaruh besar! jadi ayo kita naikkan taruhannya dan lemparkan dadunya sekali lagi.

sementara menunggu dadu berhenti, ayo kita main skateboard keliling kota. penuhin papan dengan goresan. sampe senja datang waktunya kita pulang. siapa tau kita menang besar?

:P

Jumat, Juni 08, 2007

di persimpangan jalan

seorang pengelana pada persimpangan. ia bingung ke mana harus berjalan. tak ada seorang yang bisa ditanya. harap pengelana untuk bisa disapa. seorang saudagar lewat sekelebat. dihentikannya sebelum lewat. pengelana bertanya,"mana jalan menuju kota?" dengan menunjuk lurus saudagar menjawab,"ke sana." lain saudagar, lain pedagang. saudagar pergi, pedagang datang. pedagang bilang,"ke kota belok kanan." "lurus terus sampai terlihat taman." bimbang pengelana untuk percaya. tiap jawab menghadirkan beda. masih di persimpangan ia berdiri. mencari arti untuk sekedar dipahami.

dari domikado mikado eska eskado eskado bia bio crit... crit... sampe truth or dare!

banyak yang bilang kalo gue ngomong itu sering ketinggian. padahal sebenernya gak jarang omongan yang keluar dari mulut gue itu cuman meluncur begitu aja. begitu selesai ngomong, baru deh gue nyerna apa yang gue omongin barusan. ini beneran!!!

nah, cerita kemudian beralih ke meja kantin sapta tercinta yang kian hari kian kotor. di sebuah sore yang mendung, empat mahasiswa tingkat akhir kurang kerjaan sedang berleha-leha di salah satu bangku. amet, detri, inda, dan gue. dalam rileksasi otak yang amat santai itu, tiba-tiba amet ngajakin kita maen domikado. tau dong maenan domikado! domikado mikado eska eskado eskado bia bio crit... crit... kalo waktu kecil lo gak pernah maen maenan ini artinya lo bukan anak kecil yang funky! he...3x

di tengah permaenan bergabunglah widya yang hendak berleha-leha juga. akhirnya kita memaenkan permaenan ini berlima. di akhir permaenan kan ada orang yang kalah tuuh... nah, kita yang menang ngasih hukuman ke yang kalah. awalnya sih kita mau ngukum dengan nyuruh orang tersebut ngelakuin sesuatu, tapi karena kita semua lagi males gerak, akhirnya entah gimana yang kalah malah disuruh ngejawab satu pertanyaan dengan jujur.

pernah maen truth or dare? kalo di kampung gue dulu biasa disebut jurtang (it stands for "jujur ato tantangan"). kalo lo gak tau maenan domikado ato jurtang artinya kehidupan masa kecil lo patut dipertanyakan tuuuh... permaenan domikado pun berakhir. kita malah maen truth or dare. tapi karena semua pemaennya sepakat milih ngambil "truth"-nya aja, akhirnya kita malah maen truth doang tanpa dare. aturan permaenan pun berubah. setiap pemaen punya hak dan kewajiban yang sama. dalam satu putaran permaenan, tiap pemaen cuma ditanya satu kali. urutan siapa yang ditanya duluan ditentuin pake hompimpah alaium gambreng ato gak pake suit.

naah... di tengah permaenan inilah tiba-tiba mulut gue tiba-tiba nyerocos gak karuan. di permaenan kayak begini ada nilai-nilai yang bisa kita petik sebagai latihan bagi kita untuk percaya dan mempercayain orang. ada dua omongan yang merepresentasikan nilai dari permaenan ini.

1. di dalem permaenan ini, kita belajar untuk bisa percaya sama orang laen.
yup.. itulah yang gue omongin beberapa menit setelah permaenan ini dilaksanain. seperti biasa, dalem permaenan semacem ini, apapun yang ada di dalem permaenan, apapun yang diomongin di permaenan ini, cuma ada di forum ketika permaenan ini dilaksanain. gak boleh dibawa keluar. gak boleh diceritain ke orang laen. dengan begini, kita belajar untuk bisa percaya sama orang laen. kita berusaha menitipkan sebuah rahasia dari diri kita ke orang laen.

2. di dalem permaenan ini, kita belajar untuk bisa ngejaga kepercayaan yang udah dikasih orang laen ke kita.
itu omongan kedua gue yang secara gak sadar gue ucapin. sumpah, man! pasti rasanya gatel banget kalo kita tau satu rahasia yang orang laen juga penasaran pengen tau, tapi kita nggak bisa omongin itu walopun sebenernya kita tau.

jadi... maenan kayak begini, gak cuma buat cekikik-cekikikan kayak mak lampir, ato buat tau aib orang laen, ato buat tau si inih lagi gebet sape. ada nilai-nilai yang bisa ngebuat kita belajar. daripada lo maen dead or alive di play station?
ehehehehe....

belajar itu bisa di mana aja. dan lo juga bisa dapet pelajaran di mana aja!

siang ini gue nggak ngerjain sholat dzuhur. karena sekarang hari Jumat, jadi gue sholat Jumat. =P dalam perjalanan menuju masjid, gue berbincang-bincang dengan satu temen gue. dalam pembicaraan itu terungkap satu fakta yang ngebuat gue jadi lumayan shock. sampe sekarang gue masih kepikiran terus. gue masih inget tiap kata yang kelontar dari temen gue itu.

pelajaran yang gue dapet hari ini adalah... gue akhirnya ngerasa dan ngakuin bahwa gue agak... mm... bukan agak sih... tapi terlalu mudah menaruh kepercayaan kepada orang laen. selama ini kalo gue ditegor orang karena terlalu mudahnya gue percaya sama orang, gue cuma jawab,"gue milih untuk percaya sama dia." tapi taunya orang yang deket sama lo pun rupanya bisa aja nggak sesuai harepan lo. because everyone has a secret that unrevealed to others. sedikit demi sedikit pandangan gue yang terlampau utopis mulai terkikis, dan mulai mengendapkannya sebagai dasar atas tataran realitas yang sesungguhnya ada. (MAMPUS LO!!! GUE NGOMONG APAAN BARUSAN? GUE AJA KAGAK NGARTI!!!)

yah... ini jalan menuju kedewasaan. walo ada beberapa orang yang nggak berusaha menjadi dewasa. orang-orang yang seperti peter pan. gak mau jadi dewasa, karena menjadi dewasa itu rumit! tapi mengutip omongan mel gibson di film braveheart,"everyman dies, not everyman really lives." gak semua orang yang hidup itu bener-bener hidup! cuma mereka yang memberi makna pada sekitarnyalah yang idup. dan untuk memberi makna pada sekitar lo, yang lo butuhin adalah kedewasaan.

kertas posisi seorang penyendiri

akhir-akhir ini gue sering banget nonton televisi. dari pagi sampe pagi lagi kerjaannya nonton tivi doang. padahal sih gak selalu ada acara yang menarik di tivi. tapi gue emang lagi butuh tivi. kenapa? karena televisi menjual banyak mimpi. dan saat ini gue butuh mimpi, karena persediaan mimpi gue udah semakin tipis. televisi ngejual mimpi dengan murahnya. gue mau mimpi kalo gue kaya, gue tinggal nonton acara-acara kuis tolol yang nggak mendidik yang hadiahnya nyampe milyaran rupiah. gue mau mimpi punya cewek cakep, tinggal pilih sinetron mana yang mau ditonton. mulai dari agnes monica sampe naysila mirdad siap tersedia.

televisi emang satu-satunya pelarian gue saat ini. pelarian dari kenyataan yang agak-agak pait. mungkin sebenernya pait banget, cuma karena gue udah cukup sering ngalamin, jadi udah agak kebel sama pait yang kayak beginian.

gue pernah denger orang ngomong,"kenapa kita harus lari dari hujan? karena toh tak ada satu orang pun yang tau apa yang akan terjadi esok hari." kenapa harus lari dari kenyataan? kenapa harus ngerasa kecewa dengan hari ini, karena siapa yang tau kalo besok kita bakalan lebih kecewa lagi? daripada berteduh di balik payung ato kanopi pertokoan, mendingan kita nikmatin aja hujan ini. mandi hujan kayak anak kecil. kalo udah ngerasa kedinginan, coba nyalain sebatang dji sam soe. ah... kayaknya enak... asep anget di paru-paru. kayak berendem di jacuzzi di tengah dinginnya musim salju rusia. ato kalo masih kurang anget, satu-dua sloki topi miring juga bagus untuk kesehatan mental lo.

tapi masalahnya gue nggak ngerokok dan gue nggak minum-minum. walopun sekarang rasanya pengen banget. ngisep dalem-dalem asep dengan mata terpejam. mendem dalem-dalem rasa yang sempet liar berkeliaran di otak kanan. minum topi miring untuk ngebakar sisa-sisa kenangan yang masih tertinggal di otak kanan. kalo sampe gue mabok, artinya gue kalah dengan keadaan. salah satu lagu /rif judulnya,"you booze, you lose," tapi mereka sendiri masing-masing ngabisin satu kaleng bir bintang dulu kalo mau naek panggung. laen lagi dengan krisdayanti. kata dia, ngerokok satu batang sebelom naek panggung bisa bikin suara dia naek sekitar satu oktaf. peduli amat, walo gue vokalis. yang penting di atas panggung itu bukan rentang suara yang luas. bukan juga stamina buatan di atas panggung yang didapet dari setengah mabok. yang dibutuhin seorang vokalis di atas panggung itu cuma nyanyi dengan hati. ngedumel dengan hati. ngumpat dengan hati. ngangkat jari tengah dengan hati, nangis dengan hati.

dan sekarang gue terkurung dalam keterasingan gue. di dalem kamar yang ukurannya cuma 3.5 x 3 meter persegi. tanpa berusaha untuk jadi munafik atas keadaan gue dengan ngerokok ato mabok-mabokan. walopun dari hari ke hari gue mulai ngeraguin perkataan soe hok gie,"lebih baik hidup dalam keterasingan, daripada menyerah pada kemunafikan."

Jumat, Juni 01, 2007

maklumat tabuh genderang perang

akhirnya... akhirnya... akhirnya...
akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut nyokap gue! tiga kata yang terangkai taunya punya daya yang amat dahsyat untuk bikin gue dongkol, "rae pacarnya siapa?" emang sih selama ini gue belum pernah ngenalin cewek ke nyokap (bukan karena nggak pernah punya!!! cuman males aja... lha wong gue pacaran paling lama cuma delapan hari). mungkin kalo pertanyaan ini terlontar waktu gue masih SMA ato gue masih sibuk dengan kelas di kuliah gue, gue nggak bakal terlalu musingin. tapi seperti kata idesh, salah satu temen kuliah gue, STMJ (semester tujuh masih jomblo) itu buruk! dan gue adalah alumni STMJ. bukan karena sekarang gue udah punya pacar, tapi karena sekarang UDAH SEMESTER DELAPAN, MON!!!

darn.. akhir-akhir ini gue jadi agak canderung kontemplatif. entah kenapa sisi sentimentil gue lagi digelitik aja. karena itu gue sadar banyak banget masalah yang lagi gue hadepin. dan nyokap gue menyadarkan sekali lagi tentang satu hal yang selama ini gue peti-eskan.

well... bukan karena gue nggak laku sih (NAJIS BENER!!!). Tuhan kan emang Maha Adil, karena gue dianugerahi kepinteran yang nggak dimilikin semua orang (arti dari kalimat ini sebenernya adalah gue nggak bagus-bagus amat dalam (banyak) hal yang laen). gue kan orangnya perfeksionis, jadi agak lama-lah untuk urusan yang kayak begini. harus yang bagus, ato nggak sama sekali. ;p

lets skip the chick part.
gue cuman lagi agak tertekan aja oleh banyak hal. dan pertanyaan nyokap tadi cuma ngebuat gue terperosok di lubang yang lebih dalem. inti dari ketertekanan gue saat ini apalagi selain soal penelitian yang masih dalam tahap pengerjaan.

penelitian gue bukan proyek orang, melainkan proyek pribadi yang amat ambisius, jadi dana menjadi constraint utama dalam hidup gue saat ini. uji kimia yang diperluin gue gak bisa dibilang murah. jadi kalo ada yang mo transfer ke rekening BNI gue, amat gue anjurkan. :P

nah.. penelitian gue ini terdiri dari empat tahap. tahap pertama adalah penyeragaman. tahap ini udah gue kerjain selama satu bulan ke belakang. gak ada masalah berarti di tahap ini. nah... sekarang gue mau masuk ke tahap kedua. yaitu penelitian pendahuluan. di sini, bahan-bahan kimia mulai dipake. jadi tadi siang gue mulai make jas lab gue yang ukurannya 4L itu. bikin larutan NaOh, dicampur KI sama HgI2. sebenernya prosedurnya sih gampang-gampang aja. tapi taunya... jauh panggang dari api... nyampur begituan aja gue minta bantuan akhlis, asli demak, buat nimbang+nyampur-nyampur.

walopun gue dapet predikat terbaik kedua dalam GLP (good laboratory practice), tapi rupanya, gue tolol banget kalo lagi kerja. mungkin lebih disebabin karena gue panik sebab ini hari pertama, plus kepala gue emang lagi mumet gara-gara banyak hal. kesalahan paling fatal adalah: GUE KEBANYAKAN NGASIH AER di labu ukur!!! daripada 80 gram NaOH pro analysis terpaksa gue buang percuma, akhirnya gue malah ngebikin larutan itu untuk dua resep. sial... artinya gue harus keluar duit dua kali lebih banyak untuk reagen nessler yang lagi gue bikin. semoga aja, emang sebanyak itu yang gue butuhin. kebodohan kedua adalah waktu gue nyuci labu ukur. serbuk merah (gue lupa... KI ato HgI2 yang warnanya merah itu ya...) menempel di labu ukur. gue gosok pake sikat panjang supaya bisa masuk ke dalem labu ukur. tetep nempel. gue kocok2 pake aer plus sabun, tapi serbuk itu gak bergeming. lumayan lama deh gue di wastafel cuma untuk ngilangin noda itu.

sampai malaikat itu datang...
krishna mukti yang bawa sunlight...
bukan ding...
adek kelas gue, yang namanya dila, rupanya lagi merhatiin gue. bukan merhatiin macem-macem, tapi merhatiin kenapa gue nyuci nggak kelar-kelar. dia ngedeketin gue, terus nanya apa masalah gue. gue jawab,"ini niih... gak mau ilang... padahal uda pake sikat. uda dikocok-kocok." terus, si dila ini dengan tangan ajaibnya megang bagian yang gue maksud. terus digosok-gosok. terus dia teriak,"kotorannya ini kan di bagian luar, tolol! bukan di dalem!" oh... alangkah bodohnya gue... pantesan aja gak ilang-ilang. taunya kotorannya ada di sebelah luar.

yah... semoga aja ini cuma musim pancaroba buat gue. masa peralihan dari orang lapangan ke orang laboratorium. peralihan dari pekerjaan kuli (ngangkut aer, ngasih pupuk, ganti aer, buang lumpur, ngubek2 tai kambing) ke pekerjaan laboran. ala bisa karena biasa. walopun nilai GLP gue gede, tapi bukan jaminan jago kerja di lab. practice makes perfect, dudes.

Arogansi IPB?

akhirnya... setelah sekitar tiga bulan... gue mau nulis ini di blog gue...

November 2006, sebuah telepon dari kantor Media Indonesia menyahut telepon seluler gue. mereka ingin membuat halaman khusus mahasiswa setiap hari selasa. untuk tujuan itu, mereka minta gue ngebuat tim di IPB untuk membuat halaman tersebut di bulan Januari, minggu kedua.

singkat kata, tim terbentuk. gue dan yaka yang bertanggung jawab untuk membentuk tim ini. kita ngambil orang-orang yang emang udah ngerti tentang dunia jurnalistik, walaupun cuman jurnalistik kampus. pertemuan kesekian, kita bertukar pikiran tentang hal apa yang akan kami angkat sebagai tulisan. gue dan yaka yang emang gak punya dasar jurnalistik lebih banyak berperan sebagai tim penggembira. dalam canda kita nyeletuk,"gimana kalo temanya arogansi IPB aja." cuma becanda aja, sampai akhirnya kita sepakat untuk ngangkat tentang pemborosan listrik di kampus IPB. ide sederhana juga. kita juga nggak terlalu ambisius untuk urusan ini.

waktu terus berjalan, beberapa wawancara dilakukan. data-data mulai dikumpulkan. tapi rupanya jadwal cetak diundur satu bulan. di saat itulah, orang-orang dari Media Indonesia, mengutarakan keberatan mereka tentang topik yang kami angkat. mereka ingin sesuatu yang menggigit. akhirnya setelah tukar pikiran lagi dengan tim dan supervisor dari mereka kami sepakat mengangkat satu tema otokritik. tentang semakin jauhnya IPB dari dunia pertanian itu sendiri. gue rasa tema yang udah sering jadi wacana. tapi tetep menarik untuk diangkat, apalagi karena mungkin ini adalah otokritik pertama dari mahasiswa IPB.

kita sebenernya udah ngeduga kalo pasti bakalan ada orang-orang yang bakal ngerasa keberatan dengan tulisan ini. dan bener aja, rektorat kayak kebakaran jenggot. telpon dari direktur HUMAS dan SMS panjang dari wakil rektor sampe ke tim yang dipimpin Anan, salah satu orang yang gue rekrut (gue males jadi pemimpin... yaka juga sama aja... adek gue... gampang deh...>>>iklan chunkybar ;P). mereka bilang tulisan kita nggak berdasarkan fakta dan data yang akurat, bla... bla... bla... bli... bli... bli... blu... blu... blu... begini... begini... begini... begitu... begitu... begitu... begitu... begono... begono... begono....

terus terang gue jadi mikir sendiri. apa emang gak seburuk itu keadaan IPB? apa emang pertanian masih jadi core IPB yang bener-bener gede?
ini adalah fakta-fakta yang gue temuin:
1. alumni IPB sendiri banyak yang bilang kalo pertanian itu nggak prospektif. makanya kerjanya banyak di bidang laen.
2. petani di sekitar IPB emang beneran nggak dapet perhatian apa-apa dari IPB. temen gue denger ini dari mulut petani sendiri. sumpah, temen gue jadi malu.
3. penelitian yang dilakuin banyak yang nggak aplikatif. (tapi gue rasa masalah ini gak cuma di IPB sih...)
4. banyak wacana yang digulirkan untuk pengembangan IPB, tapi gak ada yang untuk berkontribusi bagi pertanian. isu IPB mo ganti nama jadi Universitas Riset Bogor lah... mau bikin Fakultas Kedokteran lah... mana pertaniannya?

pertanian emang masih jadi core IPB, tapi dari hari ke hari core ini makin ngecil. apa kontribusi IPB untuk pertanian nasional? gak ada. presiden kita alumni IPB, tapi apa dia perhatian sama pertanian? kayaknya nggak tuh... menteri pertanian sekarang orang IPB, tapi apa harga gabah sama harga pupuk nguntungin petani? kayaknya juga nggak tuh...

akhirnya gue sadar kalo candaan gue sama Yaka yang mau ngangkat arogansi IPB sebagai tema itu bukan cuma becandaan. karena emang orang2 IPB arogan. gak mau ngakuin kalo mereka udah gagal ngebangun pertanian indonesia.
payah...

life is (not) peachy, is(n't) it?

ada postingan menarik dari temen gue di milis. yok kita komentarin...

--- In SePATuS@yahoogroups.com, Orang Ganteng wrote:
>
> Gw agak kurang setuju sama kata2 lo, ikhlas adalah hasil dari sabar...
> Sabar sangat berbeda dengan ikhlas, dilihat dari beban yang ditanggung.
> Kalo lo sabar, sabar, dan sabar...
>
> sampai kapan?
>
> Ada saatnya kita lelah akan diri kita sendiri, ada saatnya kita lelah sama
> hidup yang kita jalanin, yang akibatnya:
> - kita kecewa sama orang-orang disekitar kita
> - kita kecewa sama diri kita sendiri
> - kita kecewa sama TUHAN????
>
> jika saat itu tiba, saat kesabaran seseorang habis, saat harapan sudah sampai nafas terakhirnya, apa yang akan terjadi? Stres? Gila? Ngamuk? Depresi? Mendingan mati? Banyak levelnya...
>
> Kita harus selalu kreatif untuk selalu mencari harapan baru, mencari nafas baru untuk yang namanya semangat!
>
> Alangkah indahnya jika semua itu terjadi.
> Tanya sama orang yang selalu bisa "easy goin" sama hidupnya...
> Tapi apa semua orang bisa begitu?
> Karna orang-orang yang bilang ga bisa pasti lebih memikirkan "tanggung jawab".
>
> Tetapi...
> Tetapi...
> ...
> ..
> ...
> ....
> ...
> ..
> .
> ..
> ...
> ...
> ....
> .......
> ..............
>
> Apakah ikhlas itu yang terbaik?
> Ga juga.
> Ada yang bilang cinta itu perjuangan
> Egoiskah?
> Ya!
> Tapi apa salah untuk egois?
> Kita menghadapi AKHIRAT pun sendiri...
>
> Kalo ikhlas berarti merelakan, gw ga mau ikhlas!
> Memang kita harus tau diri, tau bahwa bahagiakah dia dengan kita?
> Hahaha
> hahaha
> haha
> tertawalah dalam tangis!
> Ada juga yang bilang, biarlah aku menderita asalkan dia bahagia.
> Biarlah aku mati asalkan dia hidup...
> Mati aja sekarang, kalo bisa begitu.
> Kebahagiaan tidak dapat diberikan...
>
> Kebahagiaan adalah pilihan sikap hati!
>
> Cari sendiri apa makna sebaris di atas.....
>
> Sabar adalah bom waktu.
> Yang meledak saat dia menemui batasnya!

hell yeah... omong kosong kalo gue bilang, gue bahagia asal lo bahagia. hidup itu soal kompromi... soal posisi tawar, daya tawar, lobi, tarik ulur, dan sebagainya.

dan ngomong-ngomong soal cinta, gak selamanya kita harus mundur cuma karena ditolak sekali. kalo ada yang bilang kita gak boleh maksain kehendak, gue rasa itu lebih karena dia ngerasa keganggu aja.

apa cinta itu dibuktiin dengan mengikhlaskan orang yang lo sayang untuk bersanding dengan orang laen? kalo gue bilang itu bego. sebut gue egois. itu hak lo! tapi gue bakal selalu merjuangin apa yang gue yakinin.

satu troya kebakar karena cinta seorang raja kepada helena yang direbut pangeran kerajaan troya. itu ngebuktiin cinta raja itu! (walopun di laen pihak gue juga gak setuju dengan perang yang dipimpin Achilles itu) tapi itu ngebuktiin seberapa gede cinta dia.

cinta lo cuma cetek kalo dengan kata-kata "aduh, gue mau konsen ke kuliah dulu," ato "ortu gue ngelarang gue pacaran dulu," terus lo langsung mundur teratur.

lo cuma jadi desertir kalo lari dari omongan gitu. belum tentu juga omongan itu bener adanya. terus yang ada lo cuma bisa nangis menye-menye di kamar, mukul2in tembok sampe tangan lo mati rasa. lo sakit di kamar, sementara dia tetep hidup dengan matahari yang bersinar cerah.

maap-maap aja kalo lo ngerasa udah ngebuang waktu lo yang berharga dengan ngebaca postingan ini. pilihan ada di tangan lo. kalo lo pengen berenti dari permaenan, berenti aja. tapi gue tetep bilang,"kocok dadunya!!!" selama bandar belum menutup taruhan.