Rabu, Desember 28, 2005

Kemarau

kemarau

ini hanya siklus
ketika dasar sumur makin kelam
ketika nyamuk tak lagi memakai spiral KB-nya
ketika matahari mengoceh kencang sepanjang hari
ketika lidah anjing semakin panjang menjulur keluar
ketika kucing tidur terlentang
ketika asap bersilaturahmi dengan semua rumah
ketika puntung dan semak bertengkar
ketika bibi mengangkat jemuran di bawah pukul dua
ketika layangan adalah permainan terpopuler di sore hari
ketika kopi panas tak lagi laris di kedai-kedai
ketika kau berlibur ke pantai dengan si dia

dan ketika itu...
aku memutuskan semua rasa adalah nol
mematikan semua indra di tubuh
mencoba tidur seperti beruang di musim dingin
memperlambat degup jantung dan arus darah

aku memilih untuk meranggas
bukan untuk mati
hanya beristirahat sementara waktu

Galur galur Hidup

sebenernya gue paling males ngeliatin puisi orang yang ditaro di blog. soalnya gue sering nggak ngerti maksud puisi orang itu. tapi entah kenapa, gue koq jadi ikut2an naro puisi di blog ya? kalo nggak percaya liat aja tulisan di bawah ini.

Galur- galur hidup

Tanpa pupuk ia tumbuh cepat.
Entah siapa yang menabur bibitnya di tanah.
Tak sengaja burung yang melemparnya, atau ada seorang tua yang memang menanamnya sedalam sekitar sepuluh sentimeter dari permukaan.
Yang jelas, batangnya kini sudah tumbuh dengan kuat. Kayunya sudah berlapis-lapis. Meski belum setahun ia muncul ke permukaan. Daunnya sudah rimbun, sayang belum berbunga apalagi berbuah.
Apa mungkin ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dari dalam tanah sana? Bekerja tanpa disadari oleh siapapun, bahkan oleh si tuan tanah.
Bekerja diam-diam membesar dari hari ke hari tanpa diketahui oleh siapapun, bahkan oleh si tuan tanah.

Penasaran aku dibuatnya...
Maka kuambil secarik kertas dari buku yang di bagian bawahnya ada tulisan dalam bahasa Inggris, “where there is a will, there is a way”.
Kutempel pada batangnya yang terus bergerak membesar.
Dari saku kemeja biru, kuambil sebilah pensil 2B yang tak lagi runcing.
Kosetan karbon menggesek permukaan batang yang berlapis kertas.
Membentuk sebentuk alur-alur kelabu yang spesifik.
Akhirnya kupulang dengan kertas berbalur arang terlipat empat secara asal. ...
Senin pun tiba, dan bukan kelas yang aku cari pertama di kampus.
Di depan pintu kaca yang besar aku menunggu pukul sembilan.
Ah, rasa-rasanya lambat sekali sambaran impuls listrik tegangan rendah yang mengalir di antara lintasan-lintasan PCB arloji digital di tangan kiriku.
Dan pada waktu yang sudah seharusnya. Pada saat angka sembilan ditemani sebuah titik dua dan dua angka bundar.
Pintu kaca terbuka. Kutunjukkan kartu anggotaku pada petugas yang berjaga di lobi. Aku sudah tahu pasti apa yang kucari. Sebuah buku tua yang isinya adalah seranai tetumbuhan di bumi ini. Kukeluarkan kertas dari saku yang sudah kusimpan dari akhir pekan yang lalu.
Kubandingkan satu per satu dengan galur-galur yang tercetak di halaman-halaman buku itu.
Alphabet A sudah selesai kutelusuri, tak ada yang serupa.
Alphabet B mulai kuteliti satu persatu dengan bantuan cahaya matahari yang semakin meninggi.
Di pertengahan alphabet B aku berhenti. Rasanya lelah. Akhirnya kuputuskan untuk istirahat sejenak.

Kubasuh mukaku sampai ke ujung kaki untuk merasakan suatu sensasi kesegaran.
Aku bertemu dengan Dia yang Maha Baik.
Bercengkerama sesaat, sedikit mengeluh untuk urusan ini-itu.
Juga berterima kasih atas kebaikannya selama ini yang jumlahnya bisa menyebabkan kalkulator Casio berkomentar, “Ma Error”.
Serta permohonan maaf agak mengabaikannya karena kekhilafanku.
Seselesainya, aku kembali ke mejaku. Buku tua dengan lembaran yang sudah menguning itu masih setia menunggu berikut secarik kertas yang semakin lusuh yang diganjal pensil agar tidak terbang dibawa angin.
Aku kembali semangat menelusurinya perlahan-lahan.

Akhirnya alphabet B berganti dengan alphabet C.
Masih dengan standar operasi yang sama aku melakukan perbandingan.
Mataku bolak-balik melirik ke kiri- ke kanan.
Ke kertas- ke buku.
Ke coretan kasar- ke cetakan tinta.
Rasa penasaran pohon apa yang tumbuh begitu cepat itu belum lagi hilang. Malahan penasaran itu makin menggunung.

Dan seperti dugaanku. Setiap pencarian akan membentur suatu penyingkapan.
Identifikasi tumbuhan itu berhasil diungkap.
Masih di seranai berawalan C. Identitas pohon itu terkuak.
Terlihat sebuah gambar yang mengindrakan sejenis pohon yang sama dengan yang kuperhatikan kemarin lusa.
Tidak salah lagi. Inilah pohon yang telah membuatku bertanya- tanya.

Dan nama pohon itu adalah......
Oleh yang bijak ia disebut dengan pohon kehidupan.

(emang yang kayak begini bisa disebut puisi?)



Mulai hari ini semua akan berubah!

diambil dari raemustarani.blogs.friendster.com pada 28 12 2005

Sabtu, Desember 10, 2005

Uji Kadar Air sebagai salah satu uji proksimat

begini....

uji proksimat adalah analisis terhadap suatu bahan yang menyangkut kadar air, protein, dll(rae sok tau!!!). uji ini sering dilakukan dalam pelbagai penelitian (terlepas ketidak tahuan gue kenapa hal ini sering dilakukan dan yang lain tidak).

untuk menguji berapa kadar air yang terkandung di dalam suatu bahan, dapat dilakukan dengan cara oven. gampangnya gini... timbang dulu bahan yang mau diujikan dengan memasukkannya ke dalam timbangan analitik (tidak disarankan jika anda mau menguji kadar air pada beras satu karung. lebih baik dilakukan sampling di beberapa titik terlebih dahulu. cara sampling??? kan lo udah belajar statistik!!!! masa nanya juga???). setelah ditimbang... (misal terbaca bobotnya adalah sebesar 3.234 gram) catat bobot itu di kertas. JANGAN DI TANGAN!!!! ada kemungkinan anda akan lupa dan mencuci tangan anda dengan sabun lifebuoy yang dapat melunturkan tinta pulpen. setelah selesai dicatat... masukkan ke dalam oven dengan suhu 100-110 'C. tujuannya apa? jadi begini... air akan menguap pada suhu segitu (tergantung tekanan, dry bulb dan wet bulb gitu2.referensinya liat aja di steam table).naaah, air itu kan ada dua jenis, air susu dan air tuba, air bebas dan air terikat. air bebas dapat menguap atau lebih tepatnya menghilang dengan sendirinya jika anda membiarkannya di udara terbuka yang kelembabannya nggak gede2 amat. hal inilah yang terjadi pada jemuran anda.kalo anda menjemur jemuran di bawah puun, koq bisa kering ya? padahal kan nggak panas.proses ini biasa dibantu dengan angin. udara yang bergerak membuat permukaan yang basah dapat bersentuhan dengan udara lebih banyak, sehingga lebih banyak air dari bahan yang terserap. jadi... ketika anda bilang,"jemuran gue udah kering... aasyik, nti malem ngapel bisa pake kemeja ijo keren ini!!!", itu sebenernya belum kering.hanya air bebasnya yang keluar dari baju.sementara air terikat hanya bisa menguap jika diberi energi kalor.air akan keluar secara perlahan-lahan melalui jaringan2 yang ada di bahan. jangan membuat bahan menjadi kering seketika dengan memanaskan pada suhu yang terlampau tinggi. akibatnya adalah anda akan mendapatkan permukaan yang kering, namun masih basah di dalam. air yang ada di dalam, tidak dapat keluar karena jaringan yang menjadi jalan dia untuk keluar kadung mengecil dan tertutup pada akhirnya.

pemanasan dengan oven ini dapat dilakukan selama 3-4 jam (tergantung daerah kamu tinggal juga sih...). tapi kalo make oven microwave, proses ini dapat dipersingkat hingga di bawah setengah jam.microwave dapat melakukan ini karena ia memanaskan dari pusat bahan.jadi yang dipanaskan terlebih dahulu adalah air terikat yang ada di inti bahan, BUKAN air permukaan yang bersentuhan langsung dengan udara.akibatnya jaringan yang menjadi jalan keluar bagi air masih terbuka lebar dan akibatnya proses dapat berlangsung lebih cepat.

setelah 3 sampe empat jam segera pindahkan bahan ke dalam desikator.JANGAN MENGGUNAKAN TANGAN KOSONG!!! gunakan alat bantu seperti gegep dan lain sebagainya. selain mencegah tangan lo kepanasan, kontak tangan lo dengan bahan bisa nyebabin berpindahnya uap aer dari badan lo ke bahan. tentunya lo nggak mau hal ini terjadi kan? diamkan di desikator setengah sampe satu jam. amannya satu jam. di desikator bahan akan didinginkan dengan udara kering.di desikator itu kan ada silica gel yang tugasnya untuk menyerap uap aer yang berkeliaran.kalo gak caya, coba aja lo masuk peti yang isinya silica gel selama satu setengah jam. kalo kulit lo nggak keriput2 ada kemungkinan kulit lo terbuat dari plastik.segera masukkan ke dalam desikator, jangan dibiarin di luar terlalu lama.tujuannya??? lo pikir sendiri... gue udah terlalu sering ngejelasin ke lo!!!

udah selesai di desikator, langsung deh timbang lagi pake neraca analitik. kalo percobaan lo sukses... harusnya hasilnya lebih kecil dari yang sebelumnya (kalo make contoh yang tadi bisa aja nilainya jadi 1.211).

nah.... sebenernya yang mau gue omongin bukan tata cara ngoven yang baik.... TAPI kalo lo kerja dengan suatu prosedur... pahami maksud dari tiap langkah yang lo jalanin. Jangan jadi robot yang abis ngelakuin yang ini terus ngelakuin yang itu. kalo lo cuma ngelaksanain prosedur (hal ini sering dijadiin alesan aparat penegak hukum yang diprotes warga), lo cuma bisa ngelakuin hal itu saja dalam hidup lo. tapi kalo lo ngerti alesannya, lo bakalan bisa nemuin hal2 laen yang mungkin bakalan berguna bagi lo dan bagi ummat!

==terinspirasikan dari percakan rae-vivi-zulfan di sapta tempo hari==


Mulai hari ini semua akan berubah!

diambil dari raemustarani.blogs.friendster.com pada 10 12 2005